Foto udara memperlihatkan salah satu bagian di Laut China Selatan. (AFP)
Foto udara memperlihatkan salah satu bagian di Laut China Selatan. (AFP)

CSIS: Kerusakan Laut China Selatan Makin Buruk akibat Aktivitas Manusia

Medcom • 16 Maret 2024 08:14
Jakarta: Lembaga Riset Amerika Serikat (CSIS) tekankan faktor utama yang memperburuk kerusakan Laut China Selatan dan mengancam keberlangsungan spesies laut ialah pengerukan dasar laut untuk pembangunan pulau baru serta penangkapan masif kerang raksasa. 
 
Peneliti Asia Maritime Transparency Initiative CSIS, Monica Sato mengatakan, negara-negara bersengketa di Laut China Selatan berlomba-lomba membangun struktur dan pos terdepan di perairan untuk menegaskan klaim atas kawasan laut.
 
"Namun, kami mendapati bahwa pengerukan laut dan pembangunan pulau merugikan dan merusak lingkungan karena hal tersebut menghilangkan struktur laut yang membantu karang hidup dan mereparasi diri dari waktu ke waktu," kata Sato dalam konferensi pers dalam pantauan Medcom.id secara daring pada Jumat, 15 Maret 2024.

Sato menyoroti bahwa Tiongkok membangun pulau dengan metode cutter suction pada 3013 hingga 2017 yang mana mengoyak permukaan laut dan menyalurkannya ke daratan baru. Hal ini mengakibatkan rusaknya karang dan ikan-ikan mati.
 
Meski begitu, Sato mengatakan bahwa Vietnam kemudian justru mengikuti langkah Tiongkok menggunakan metode cutter suction untuk membangun pos laut terdepannya.
 
Baca juga:  Kapal Filipina Rusak usai Diblokir Tiongkok di Laut China Selatan
 
Selain karena pembangunan pulau baru, peneliti tersebut mengatakan bahwa penangkapan kerang raksasa atau giant clam secara gencar juga menjadi faktor lain yang memperburuk kerusakan lingkungan di Laut China Selatan.
 
Kerang raksasa, kata Sato, harus dilindungi karena merupakan spesies yang rentan punah. Terdapat kurang lebih hanya sebanyak 10 spesies yang ditemukan di Laut China Selatan. Maka dari itu, spesies tersebut sangat diutamakan dan penting untuk dilindungi.
 
Praktik tersebut marak dilakukan oleh nelayan Tiongkok pada periode 2012—2015 sebelum otoritas Tiongkok berupaya menertibkan para nelayan di tahun 2017, kata dia.
 
"Penangkapan kerang raksasa dilakukan oleh nelayan Tiongkok dan menjadi populer pada tahun 2012 karena komoditas tersebut menjadi alternatif untuk gading gajah yang semakin sulit didapat," ucap Sato.
 
Meski demikian, lanjutnya, penangkapan kerang raksasa masih tetap berlangsung, serta citra satelit menunjukkan kerusakan yang terjadi di terumbu karang Laut China Selatan karena penangkapan tersebut sudah masif.
 
Apabila tidak ada tindakan tepat untuk menghentikan aktivitas tersebut, dikhawatirkan kerusakan ekosistem Laut China Selatan jadi semakin sulit ditangani dan mengancam semakin banyak baik spesies maupun karang di ekosistem tersebut. (Nabila Ramadhanty Putri)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan