Kecurigaan penggunaan jasa konsultan yang sama seperti Marcos Jr bukan tanpa alasan. Gaya kampanye Prabowo-Gibran saat ini dinilai mirip dengan Marcos Jr, yaitu berusaha menghapus memori kolektif masyarakat atas peristiwa kelam di masa lalu.
Dalam kasus Filipina, Bongbong berusaha menghapus ingatan warga mengenai rezim kediktatoran ayahnya dengan melakukan berbagai kegiatan kampanye yang menyenangkan melalui media sosial. Cara ini efektif di tengah semakin banyaknya pemilih muda di Filipina yang tidak terlalu ingat -- atau bahkan tidak tahu sama sekali -- dengan dosa-dosa ayah Marcos Jr di masa lalu.
Lewat cara berkampanye seperti itu, Marcos Jr pun meraih kemenangan telak dalam pemilu Filipina tahun lalu. Tim sukses Prabowo diduga berusaha meniru hal tersebut dan mengimplementasikannya di Indonesia.
Seperti Bongbong, Prabowo juga dinilai berusaha menghilangkan memori kolektif masyarakat Indonesia, dalam hal ini mengenai dugaan pelanggaran berat hak asasi manusia (HAM) di masa lalu, di mana dirinya dikaitkan dengan hilangnya sejumlah aktivis di tahun 1998.
Prabowo menggunakan cara-cara kampanye ringan lewat jargon 'Gemoy' atau 'Dicemooh, Dihina, Senyumin Aja' yang tak ada hubungannya dengan visi misi namun dianggap ampuh menyasar pemilih pemula atau masyarakat kalangan intelektual menengah ke bawah.
Baca juga: Prabowo Malah Joget saat Tanggapi Jawaban Anies soal Demokrasi
Amnesia Sejarah Filipina di Pemilu 2022
Kemampuan keluarga Marcos untuk memanipulasi memori kolektif masyarakat Filipina meluas hingga saat ini melalui Bongbong, yang terus menyebarkan narasi keluarganya secara cermat melalui media sosial.Dua media sosial, yaitu TikTok dan Facebook, merupakan andalan Bongbong untuk menyebarkan misinformasi secara aktif. Upaya timnya untuk memperkuat kehadiran media sosial membuahkan hasil kuantitatif yang substansial.
Akun TikTok resmi Bongbong Marcos (@bongbong.marcos) saat ini memiliki total 1,3 juta pengikut, dengan videonya rata-rata ditonton lebih dari 100.000 kali. Sementara itu, halaman Facebook miliknya yang bertajuk Bongbong Marcos telah mengumpulkan 5,5 juta pengikut.
Aturan TikTok dan Facebook yang lunak dan ambigu mengenai misinformasi menjadikan masing-masing platform sebagai media sempurna untuk terus menyebarkan misinformasi mengenai keluarga Macos, termasuk di masa kampanye.
Selain itu, penggunaan kedua platform tersebut memungkinkan Bongbong memanfaatkan dua kelompok umur berbeda, sehingga memperkuat kampanye amnesia sejarahnya. Melalui TikTok, Marcos Jr mampu menjangkau generasi muda masyarakat Filipina yang masa kecilnya tidak ternoda oleh era darurat militer. Dan melalui Facebook, ia menarik generasi tua yang mungkin tumbuh dalam keadaan darurat militer, namun ingatan kolektifnya telah direkonstruksi dan dihapuskan hingga kebenaran menjadi kenangan yang kabur dan jauh.
Dengan berinteraksi dengan kedua audiens tersebut, Marcos telah meraih kesuksesan sebagai kandidat presiden dan terus mendominasi jajak pendapat pemilu. Kesuksesan kampanye ini, yang dibuktikan dengan kemenangan Marcos, mungkin dinilai timses Prabowo cocok untuk diterapkan karena adanya sejumlah kesamaan.
Kampanye Slapstick dan Dagelan
November tahun lalu, Ketua Majelis Pertimbangan DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy menyebut ada kandidat yang memakai strategi Bongbong untuk bisa menang dalam pemilu 2024."Saya mendapat informasi salah satu kandidat (pilpres) ini menggunakan strategi pemenangan yang konsultannya dibawa ke mari (ke Indonesia), yaitu konsultan pemenangan Bongbong Marcos," kata Rommy, sapaan Romahurmuziy, dikutip Medcom.id dari dialog di akun Youtube Total Politik.
Meski tak menyebut secara gamblang siapa kandidat itu, namun dialog itu sudah jelas membicarakan pasangan Prabowo-Gibran. Satu menit sebelum pada arah pembicaraan Bongbong, Rommy mengatakan jika strategi pemenangan yang marak dilakukan saat ini adalah strategi yang bersifat slapstick atau dagelan.
"Seperti, (istilah) 'Prabowo gemoy' atau 'Dicemooh, dihina, Senyumin aja'. Hal-hal yang tak ada urusannya dengan visi dan misi. Hal-hal yang digrandrungi kalangan intelektual menengah ke bawah," kata Rommy merujuk kerja-kerja kampanye yang dilakukan tim Prabowo-Gibran di media sosial TikTok.
Merujuk ucapan Rommy, cara-cara Bonbong untuk menang tampaknya coba ditiru Prabowo. Prabowo mencoba mengubah citra dirinya yang tegas dan berapi-api dengan tingkah lucu. Dia banyak bercanda dan berjoget.
Perilaku Prabowo ini berbeda dengan apa yang pernah dicitrakan ketika mengikuti Pemilu 2014. Prabowo dicitrakan tegas sebagaimana latar belakang militernya. Belum lagi dengan ingatan masyarakat soal masa lalu Prabowo soal aksi penculikan aktivis pada 1998.
"Nanti dilihat saja polanya (apakah sama seperti yang dilakukan Bongbong). Nanti yang akan disampaikan hal-hal yang sifatnya slapstik. Yang ringan-ringan. Yang riang jenaka. Yang gak ada hubungannya dengan kualitas kepemimpinan. Dan penetrasinya lewat TikTok," kata Rommy saat ditanya siapa kandidat yang memakai konsultan Bongbong.
Sementara itu merespons ucapan Rommy, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menyebut dugaan pemakaian konsultan Bongbong pada salah satu capres adalah tuduhan ngawur. Sikap Budi tak bisa dipisahkan dari latar belakangnya sebagai ketua umum Projo atau relawan pendukung Jokowi pada Pemilu 2014. Projo kini mengalihkan dukungan untuk pemenangan pasangan Prabowo-Gibran.
"Romi mah ngawur ajalah," kata Budi saat ditemui Medcom.id usai menjadi presenter dadakan di studio Metro TV, Jakarta, Rabu, 22 November lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News