Yuki Kitazumi melakukan gestur tiga jari sebagai bentuk dukungan terhadap aksi protes menentang kudeta di Myanmar. (FACEBOOK.COM/YUKI.KITAZUMI.92)
Yuki Kitazumi melakukan gestur tiga jari sebagai bentuk dukungan terhadap aksi protes menentang kudeta di Myanmar. (FACEBOOK.COM/YUKI.KITAZUMI.92)

Jurnalis Jepang di Myanmar Didakwa Sebarkan Berita Palsu

Willy Haryono • 04 Mei 2021 11:52
Yangon: Seorang jurnalis asal Jepang yang ditangkap di Myanmar kini didakwa menyebarkan berita palsu, menurut laporan Kedutaan Besar Jepang di negara tersebut pada Selasa, 4 Mei 2021. Yuki Kitazumi diyakini sebagai jurnalis asing pertama di Myanmar yang dikenai dakwaan oleh junta militer sejak terjadinya kudeta.
 
Dilansir dari laman BBC, media Jepang melaporkan bahwa Kitazumi kini terancam vonis tiga tahun penjara. Pria 45 tahun itu ditangkap junta Myanmar pada April lalu, dan hingga kini masih berada di penjara.
 
Lebih dari 700 demonstran tewas dan ribuan lainnya ditahan sejak militer Myanmar menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.

Kitazumi bekerja sebagai jurnalis lepas yang memberikan laporan ke sejumlah media Jepang. Ia merupakan satu dari sedikit jurnalis asing yang bekerja di Myanmar.
 
Kepolisian Myanmar menangkap Kitazumi di kediamannya di Yangon pada 18 April. Sebelumnya, ia juga pernah ditahan pada 26 Februari walau hanya berlangsung singkat.
 
Kedubes Jepang di Myanmar melaporkan bahwa kondisi Kitazumi relatif baik. Sejak April hingga kini, Kedubes Jepang terus mendesak junta Myanmar untuk segera membebaskan Kitazumi.
 
Baca:  Junta Myanmar Tahan Seorang Jurnalis Jepang di Kota Yangon
 
Selain meliput berita seputar kudeta dan aksi unjuk rasa di Myannmar, Kitazumi juga kerap mengunggah informasi seputar kehidupannya di negara tersebut.
 
Pada 12 April, ia pernah mengekspresikan kekagumannya terhadap demonstrasi pelajar di Myanmar via media sosial. "Mereka ini adalah anak-anak muda. Salah mereka apa?" tanya Kitazumi, merujuk pada aksi kekerasan yang dilakukan pasukan keamanan Myanmar.
 
"Masyarakat Myanmar mempertaruhkan nyawa mereka untuk mencegah ketidakadilan seperti ini berlanjut di negara mereka," sambung dia.
 
Aksi unjuk rasa masif meletus usai kudeta, yang kerap berujung bentrok dan menewaskan ratusan korban jiwa. Selain terhadap demonstran, pasukan keamanan Myanmar juga sering melakukan aksi kekerasan terhadap jurnalis lokal maupun asing.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan