Menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, masalah kekurangan pangan sebenarnya bukan terletak pada kehadiran pangan itu sendiri, melainkan akses untuk mendapatkannya.
"Pertanyaan pertama mengenai ketahanan pangan adalah pertanyaan untuk mendorong lebih banyak kesetaraan di dunia dan mendukung negara-negara berkembang serta populasi rentan untuk memiliki akses terhadap sumber daya yang diperlukan untuk dapat mengakses pangan," kata Guterres dalam konferensi pers di KTT ke-43 ASEAN di Jakarta, Kamis, 7 September 2023.
"Kita perlu melakukan segala yang mungkin dilakukan untuk mengatasi beberapa kendala yang sekarang ada di tingkat arsitektur perdagangan internasional, dan salah satu tujuan utama kita adalah, seperti yang Anda ketahui, pembentukan kembali Inisiatif Laut Hitam," sambungnya.
Inisiatif Laut Hitam merujuk pada perjanjian pengiriman biji-bijian seperti gandum dari pelabuhan Laut Hitam di Ukraina. Perjanjian ini disepakati antara Ukraina dan Rusia, dengan dimediasi PBB beserta Turki.
Namun belakangan, setelah masa berlaku perjanjian itu berakhir, Rusia menolak memperpanjangnya dengan alasan kegiatan ekspornya masih terkendali sanksi Barat. Rusia juga menyebut sebagian dari ekspor pangan dalam perjanjian ini masuk ke negara-negara maju dan berkembang, bukan negara miskin yang membutuhkan.
Baca juga: Bertemu Erdogan, Putin Tetap Tolak Perbarui Perjanjian Biji-bijian Laut Hitam
Guterres mengatakan bahwa terlepas dari kenyataan ada sebagian ekspor pangan yang masuk ke negara maju, dan bahkan jika sebagian besar dikirim ke negara berkembang, hal yang perlu diperhatikan adalah dampaknya terhadap harga global, dan "ini adalah sesuatu yang bisa dilihat dari angka-angkanya."
"Ketika harga turun, semua orang mendapat keuntungan," sebut Guterres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News