Pembakaran ini juga dilakukan di saat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa produksi narkoba jenis sabu di kawasan telah mencapai level mengkhawatirkan.
"Hampir dua ton heroin dan lebih dari 630 juta pil sabu 'yaba' telah dibakar di beberapa seremoni di kota Yangon, Mandalay dan Shan," ujar otoritas Myanmar, dikutip dari Al Arabiya News.
Meski jumlah benda terlarang yang dibakar cukup tinggi, sejumlah analis mengingatkan bahwa seremoni tersebut merupakan bagian dari skema junta militer Myanmar yang dinilai tidak serius dalam menangani masalah narkoba.
David Mathieson, seorang analis independen, mengatakan kepada media AFP bahwa seremoni pembakaran yang ditayangkan di televisi tersebut merupakan sebuah "delusi berkepanjangan" mengenai industri narkoba berniliar miliaran dolar di Myanmar.
"Militer (Myanmar) berpura-pura serius mengenai pemberantasan narkoba, dan Barat berpura-pura memercayai hal tersebut," ucapnya.
"Ada keterlibatan aktif militer dalam melindungi produksi narkoba berskala besar untuk memastikan stabilitas di zona-zona konflik," tambah Mathieson.
Ia mengatakan produksi berskala besar itu salah satunya berlangsung di Shan. Menurut PBB, Shan adalah sumber utama produksi sabu di Asia Tenggara.
Baca: Polisi Ungkap Penyelundupan 200 Kg Sabu Asal Myanmar
Dalam sebuah seremoni di Yangon, paket sabu yang dibungkus kantong teh dibakar bersama narkoba jenis lain seperti ganja, ketamin dan MDMA. Serangkaian ledakan kecil terdengar, dan asap tebal pun mengepul di lokasi pembakaran.
Petugas pemadam bersiaga di sekitar lokasi, sementara beberapa polisi mengabadikan momen tersebut dengan melakukan swafoto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News