Petugas penyelamat mengatakan tiga orang ditembak mati di kota Dawei selatan, sedangkan dua remaja lainnya tewas di kota Bago. Sementara media lokal Myanmar Now melaporkan adanya dua orang yang tewas dalam bentrokan dengan aparat keamanan di kota Mandalay.
Ini merupakan hari kedua polisi yang diperintahkan militer Myanmar melakukan 'penumpasan' terhadap pedemo. Para pedemo mendesak agar militer menyerah atas kudeta yang dilakukan terhadap pemerintah sipil yang dipimpin Aung San Suu Kyi.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan. Kudeta, yang menghentikan langkah tentatif menuju demokrasi setelah hampir 50 tahun pemerintahan militer.
Kudeta ini menarik ratusan ribu orang turun ke jalan. Selain itu, kecaman serta sanksi juga terus berdatangan dari negara-negara Barat.
Baca juga: RI Prihatin atas Bertambahnya Jumlah Korban Tewas di Myanmar
"Myanmar seperti medan perang," kata kardinal Katolik pertama negara mayoritas Buddha itu, Charles Maung Bo, di Twitter.
Dilansir dari laman Channel News Asia, polisi melepaskan tembakan dalam meredam aksi protes di berbagai kota. Tak hanya itu, mereka juga mengeluarkan granat kejut, gas air mata, dan tembakan ke udara.
Militer bahkan memperkuat polisi dengan melakukan serangan kepada pedemo. Beberapa orang yang terluka diangkut oleh sesama pengunjuk rasa, meninggalkan noda darah di trotoar.
Seorang pria dilaporkan meninggal setelah sempat dibawa ke rumah sakit dengan peluru di dadanya. Seorang perempuan juga dikabarkan tewas setelah polisi menggunakan granat kejut dalam membubarkan protes para guru di kota Yangon.
Hingga kini polisi dan juru bicara militer Myanmar belum merespons mengenai laporan tujuh korban tewas sepanjang hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News