"Mereka hanya memiliki dua pilihan antara terus mempersenjatai diri atau menyerah, atau mereka harus menghadapi konsekuensinya," kata dia dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 3 Mei 2023.
"Saya menyebutnya sebagai kelompok pemberontak yang melawan seluruh negeri, karena mereka ingin merebut kekuasaan dengan paksa," ucapnya.
Ia menambahkan, RSF juga merekrut tentara anak untuk berperang.
Dubes Yassir juga mengatakan, terkait dengan negosiasi damai, negaranya hanya membutuhkan kedua pihak yang bertikai untuk duduk bersama. "Tidak boleh ada intervensi asing," imbuhnya.
Di sisi lain, pemimpin RSF Sudan, Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo atau yang lebih dikenal Hemedti menegaskan, dia tidak akan bernegosiasi jika pihak lawan terus melancarkan serangan. Hal ini dia ungkapkan setelah pasukannya telah dibom tanpa henti sejak gencatan tiga hari diperpanjang pekan lalu.
"Kami tidak ingin menghancurkan Sudan," ungkapnya.
Hemedti mengaku bahwa dia tidak memiliki masalah pribadi dengan Jenderal Burhan, namun menganggapnya sebagai pengkhianat karena mengangkat orang-orang yang setia kepada mantan Presiden Omar al-Bashir.
Omar al-Bashir sendiri digulingkan bersama-sama oleh SAF dan RSF pada tahun 2019 setelah protes massal. Rezim Bashir, yang berkuasa selama tiga dekade, dikenal dengan ideologi Islam dan penerapan ketat syariat (hukum Islam).
"Sayangnya, Burhan dipimpin oleh para pemimpin front Islam radikal," ungkap Hemedti.
Sementara itu, pertempuran bersenjata antara angkatan militer Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) meletus pada Sabtu, 15 April 2023, lalu. Bentrokan pecah akibat dua fraksi utama rezim militer Sudan itu saling merebut kekuasaan di negara tersebut.
Konflik ini menewaskan lebih dari 500 jiwa dan melukai ribuan lainnya. Selain itu, banyak juga warga Khartoum yang mencari perlindungan ke negara lain, dan ribuan warga asing dievakuasi.
Baca juga: Konflik Tak Kunjung Usai, Dubes Sudan Serukan Bantuan Kemanusiaan
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News