Agustus lalu, ASEAN memilih Menteri Luar Negeri Kedua Brunei Darussalam Erywan Yusof sebagai utusan khusus untuk membantu Myanmar menyelesaikan krisis politik mereka.
Namun sejak saat itu hingga kini, militer Myanmar tak kunjung memberikan akses bagi Erywan untuk menemui kubu-kubu terkait di sana, termasuk tokoh pemimpin sipil Aung San Suu Kyi.
Dalam rangkaian pertemuan ASEAN pada Senin kemarin, negara-negara anggota mengungkapkan kekecewaan mereka atas sikap tidak kooperatif Myanmar.
"Kecuali jika ada kemajuan, rasanya sulit untuk melibatkan Ketua SAC (junta militer Myanmar) di KTT ASEAN," kata Saifuddin via Twitter, dilansir dari laman Al Jazeera, Selasa, 5 Oktober 2021.
Menlu Retno Marsudi juga menyinggung isu Myanmar dalam keterangan persnya kepada awak media usai rangkaian pertemuan ASEAN. Ia mengatakan, sebagian besar negara anggota menyampaikan kekecewaan terhadap implementasi 5PCs. Sementara sebagian lainnya menyampaikan bahwa ASEAN tidak boleh bersikap business as usual dalam mencermati perkembangan di Myanmar.
"Saya sampaikan, sejak awal terjadi krisis politik di Myanmar, ASEAN sebagai keluarga menawarkan bantuan untuk membantu Myanmar agar situasi tidak semakin memburuk," ungkap Menlu Retno.
"Sejak pertemuan ALM 6 bulan lalu di Jakarta, saya sampaikan tidak ada perkembangan signifikan di Myanmar," lanjutnya, merujuk pada Asean Leaders' Meeting di Jakarta.
Menurut Indonesia, sudah waktunya para Menlu ASEAN melaporkan situasi ini kepada 9 pemimpin ASEAN, guna mendapatkan arahan engagement ASEAN dengan Myanmar, terutama terkait pelaksanaan KTT ke-38 dan 39 ASEAN. Indonesia juga menyampaikan beberapa artikel dalam Piagan ASEAN yang dapat digunakan untuk memandu bagaimana ASEAN dapat bersikap dalam menangani isu Myanmar ini.
Baca: 5 Poin Penting Indonesia dalam Rangkaian Pertemuan ASEAN Hari Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News