"Meninggalnya WNI kita menjadi perhatian pemerintah. Dalam pertemuan (antara pihak imigrasi Malaysia dan perwakilan RI), menggarisbawahi akan lebih baik lagi dalam penanganan WNI kita yang ada di tempat-tempat penahanan detensi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah, Kamis, 30 Juni 2022.
Ia mengatakan, pemulangan WNI masih terkendala dengan adanya pandemi covid-19. Namun, perwakilan RI meminta agar pihak imigrasi memperhatikan kesehatan dan keselamatan mereka yang berada dalam pusat penahanan detensi.
Faizasyah menuturkan, tidak hanya WNI yang ada di sana, namun juga warga negara lainnya.
Ia menjelaskan, Dubes RI akan berkunjung ke Sabah untuk melakukan pendalaman kasus tersebut. Kunjungan Dubes Hermono dimaksudkan membahas peristiwa dan laporan terkait WNI di Malaysia.
Baca juga: Kemenlu RI Mencocokkan Data Kematian WNI di Penahanan Imigrasi Sabah
"Semoga setelah pertemuan tersebut, kita bisa mendapatkan konfirmasi berita yang lebih komprehensif lagi dari perwakilan kita di Malaysia," sambungnya.
Ia menegaskan, pemerintah memberika perhatian serius terkait masalah ini dan langsung berkomunikasi dengan perwakilan RI, serta pemerintah Malaysia.
Laporan KBMB mengatakan, adanya WNI yang meninggal di pusat detensi imigrasi Sabah. Setelah mendapat laporan ini, perwakilan RI di Malaysia langsung mencari konfirmasinya dan sudah mendapatkannya dari pihak imigrasi.
Namun, ada kesalahan data awal yang disebutkan KBMB dan perwakilan RI sudah meminta klarifikasi kembali kepada pemerintah Negeri Jiran terkait informasi tersebut.
Faizasyah melaporkan, ada 15 WNI yang meninggal karena berbagai hal di tempat detensi dari periode 2021 hingga 2022. Sehari sebelumnya, diperoleh data bahwa warga negara Indonesia (WNI) yang meninggal dunia di Depot Tahanan Imigresen (DTI) di Sabah pada 2021 sejumlah 18 orang, dan periode Januari hingga Juni 2022 sejumlah 7 orang.
Data tersebut sama dengan data Perwakilan RI yang berisikan nama, dan penyebab kematian berdasarkan hasil pemeriksaan (post-mortem) dari otoritas rumah sakit setempat. Penyebab utama tingginya kematian itu adalah karena keterlambatan pemulangan para deportan akibat pembatasan perjalanan selama pandemi covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News