Robredo menang tipis dari Marcos Jr dalam pemilihan wakil presiden di tahun 2016. Marcos mengeklaim terjadi kecurangan pemilu dan kemudian melancarkan protes ke Mahkamah Pemilihan Presiden.
Hasil penghitungan ulang menunjukkan penambahan suara Robredo, dan setelah drama hukum selama empat tahun, kasus itu dibatalkan.
Marcos kini menjadi kandidat presiden unggulan. Namun, Robredo yang adalah pengacara hak asasi manusia (HAM) dan pemimpin oposisi Presiden Rodrigo Duterte, mengajukan tantangan serius.
Dilansir dari Voice of America (VOA), Jumat, 29 April 2022, berdasarkan survei pada Maret lalu, Marcos Jr terlihat memimpin dengan 56 poin. Sedangkan Robredo mendapat peningkatan poin signifikan dari sembilan menjadi 24.
Survei itu menanyai responden mengenai kandidat presiden dan wakil presiden pilihan pertama. Survei yang sama juga mengindikasikan bahwa calon presiden pendamping Marcos, Sara Duterte, putri Presiden Rodrigo Duterte, adalah kandidat calon presiden unggulan dengan dukungan 56 persen.
Kubu Robredo mengaitkan peningkatan dukungan dalam survei itu dengan kerja keras para pendukungnya. Selisih antara keduanya masih lebar, tetapi para analis politik meyakini ada banyak hal dapat terjadi sebelum pemilu Mei dan bahwa Marcos tidak boleh berpuas diri.
Baca: Ferdinand Marcos Jr Masih Menjadi Capres Terkuat Jelang Pemilu Filipina
Aries Arugay, profesor ilmu politik di University of the Philippines Diliman, mengatakan bahwa Robredo memiliki momentum. "Kemungkinannya masih ada, karena ini asumsi kami. Jika kita dasarkan pada survei Pulse (Asia), hasilnya sudah basi. Ini dilakukan sudah lebih dari satu bulan lalu," seru Arugay.
Arugay mengatakan, survei itu kini menguatkan adanya gelombang dukungan bagi Robredo dalam kampanye besar-besaran. Namun, sambungnya, momentum ini harus dipertahankan hingga periode kampanye berakhir.
"Jika semakin banyak orang dapat diyakinkan bahwa Wakil Presiden Leni Robredo memiliki peluang untuk bertarung, akan ada efek lanjutannya," ucap Arugay.
"Budaya memilih orang Filipina adalah mereka harus menganggap suara mereka penting dan dapat dihitung," tegasnya.
Momentum Robredo dapat dilihat dalam rapat-rapat umum yang penuh sesak di berbagai penjuru negara itu. Para pendukungnya juga mengadakan kampanye agresif dari rumah ke rumah untuk meyakinkan warga agar memilih untuknya.
Sementara itu, popularitas Marcos hanya didasarkan pada nostalgia mengenai kemakmuran dan 'era keemasan' masyarakat Filipina selama masa kediktatoran ayahnya di tahun 1980-an.
Pemilu Filipina masih sekitar dua pekan lagi. Kita tunggu saja siapa yang akan menggantikan posisi Duterte di kursi panas kepemimpinan Filipina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News