Toleransi bukan hanya sesuat yang diungkapkan lewat kata-kata, tapi juga harus diperlihatkan dalam tindakan. (Medcom.id)
Toleransi bukan hanya sesuat yang diungkapkan lewat kata-kata, tapi juga harus diperlihatkan dalam tindakan. (Medcom.id)

Diskriminasi Agama Jadi Alasan 1000 Abrahamic Circles Project Dibuat

Marcheilla Ariesta • 13 Mei 2024 08:07
Jakarta: Toleransi bukan hanya sesuatu yang dibicarakan dan diungkapkan lewat kata-kata. Menurut pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal, toleransi juga harus diperlihatkan dalam tindakan, dan hal ini dibahas dalam program 1000 Abrahamic Circle.
 
"Ini adalah program interfaith, antar iman, yang bertujuan untuk menanamkan dan men-scale up mutual respect antar agama samawi, agama Ibrahim, yakni Islam, Kristen dan Yahudi," kata Dino Patti Djalal kepada Medcom.id.
 
Ia menjelaskan, alasan utama program ini dibuat, karena Dino melihat di berbagai penjuru dunia, hubungan antara para pemeluk agama Abrahamic ini, masih banyak diwarnai diskriminasi satu sama lain.

Berdasarkan survey dari PEW Research Center di Amerika Serikat (AS) ada diskriminasi yang dilakukan pemerintah maupun non-pemerintah. Untuk Kristen, ada diskriminasi di 144 negara, Muslim di 142 negara, dan Yahudi di 87 negara.
 
Menurut Dino, walau sudah ada pembahasan mengenai toleransi, kebebasan dan lainnya di Piagam PBB dan ASEAN, namun hal tersebut belum cukup untuk diimplementasikan di 'akar rumput.'
 
"Orang tidak menyukai salah satu dari tiga agama ini karena lingkungan mengajarinya, orang tuanya mengajarinya. Jadi itu yang ingin kita ubah lewat program ini," terang Dino.
 
"Kenapa? Karena kita yakin, tidak mungkin ada perdamaian total di dunia selama pemeluk tiga agama ini, Kristen, Islam, Yahudi, tidak berubah menjadi komunitas yang penuh. Dan ini bukan hanya kebebasan, tapi juga saliny menghormati," tegasnya.
 
Ia mengungkapkan, tujuan dari program ini adalah terjun ke lapangan, mengambil dari akar rumput pemimpin masing-masing agama tersebut, dan membuat mereka saling mengenal, menumbuhkan personal bonding selama tiga pekan.
 
Para pemuka agama dari ketiga agama Abrahamic ini nantinya akan tinggal sepekan di komunitas masing-masing.
 
"Dari perjalanan itu, kami berharap mereka akan semakin paham mengenai kehidupan pemeluk agama lain dan bisa membekas seumur hidup," tutur Dino.
 
Sudah dilakukan selama enam kali, Circles 7 ini diisi oleh para pemimpin agama perempuan. Ada Ustadzah Nurhayati Marman sebagai perwakilan Circle Islam dari Indonesia, Pendeta Juliana Buikiak Temparaja yang adalah perwakilan Circle Kristen dari Timor Leste, serta Rabbi Sheryl L Nosan, perwakilan Circle Yahudi dari Australia.
 
Ketiganya akan bersama selama tiga pekan di tiga negara berbeda, dengan berbagai kegiatan yang sudah mereka tentukan. Untuk circle ke-7 ini, mengambil tema 'Sisters Journey.'
 
Medcom.id berkesempatan untuk mengikuti perjalanan mereka dari Jakarta, Dili hingga ke Perth. Circle ke-7 dimulai pada Selasa, 7 Mei 2024.
 
Baca juga:  Kebebasan Agama dan Saling Menghargai, Resep Toleransi Bisa Tercipta
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan