Menurut Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, banyak dari mereka adalah perempuan yang ikut turun ke jalan dalam menentang kudeta sekaligus memperingati Hari Perempuan Internasional.
Suara ledakan sempat terdengar dari lokasi, yang diyakini berasal dari penggunaan granat kejut. PBB sempat menyerukan kepada militer Myanmar untuk membebaskan semua demonstran secara aman.
Pada Selasa pagi ini, 9 Maret 2021, seorang pedemo mengatakan kepada media BBC bahwa dirinya sudah bisa pergi meninggalkan Sanchaung sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Ia menyebut aparat keamanan sudah meninggalkan area sejak pagi.
Menurutnya, ada 40 demonstran yang ditangkap petugas sepanjang Senin malam. Namun sebagian besar dari mereka yang terperangkap bersembunyi di beberapa titik dan bisa meninggalkan area pada pagi hari.
Satu demonstran lainnya menuliskan via Twitter bahwa dirinya "sudah pulang ke rumah dengan selamat setelah berada di Sanchaung sepanjang malam."
"Semua yang bersembunyi bersama saya berada dalam kondisi aman," ucapnya.
Aksi protes masif di Myanmar terus berlangsung sejak terjadinya kudeta militer pada 1 Februari. Kudeta kala itu diawali dengan penahanan sejumlah tokoh, termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi,
PBB mengatakan lebih dari 54 orang tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar sejak awal meletusnya demonstrasi anti-kudeta.
Sementara itu, militer Myanmar kini juga bertindak represif terhadap media. Militer Myanmar atau Tatmadaw telah mencabut izin lima media lokal yang sering memberikan aksi unjuk rasa.
Baca: Militer Myanmar Cabut Izin 5 Media yang Sering Beritakan Demo
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News