Dalam sebuah peringatan pada Jumat malam, televisi nasional Myanmar yang dikuasai junta militer mengatakan: "Anda semua sebaiknya belajar dari tragedi kematian sebelumnya, bahwa Anda juga kemungkinan dapat terkena tembakan di bagian kepala atau punggung."
Dilansir dari laman Global News, peringatan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik apakah pasukan keamanan Myanmar memang diberi perintah untuk membunuh demonstran.
Sebelumnya, junta militer Myanmar mencoba mengarahkan anggapan bahwa penembakan berujung kematian sejauh ini berasal dari kerumunan pengunjuk rasa.
Menurut catatan sebuah grup aktivis, angka kematian terbaru menjadikan total korban tewas sejak meletusnya aksi unjuk rasa menentang kudeta di Myanmar mencapai 328. Angka tersebut tercapai saat junta Myanmar merayakan Hari Pasukan Bersenjata.
Kudeta militer Myanmar terjadi pada 1 Februari lalu, yang dimulai dengan penahanan sejumlah tokoh penting termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi.
"Hari ini adalah hari memalukan bagi angkatan bersenjata," kata Dr Sasa, juru bicara CRPH, grup anti-junta yang dibentuk oleh sekelompok anggota parlemen Myanmar.
"Para jenderal sedang merayakan Hari Pasukan Bersenjata setelah mereka membunuh lebih dari 300 warga sipil tak berdosa," sambungnya.
Baca: Junta Myanmar Unjuk Kekuatan Saat Demo Antikudeta Meluas
Media Myanmar Now melaporkan bahwa setidaknya empat orang tewas ditembak pasukan keamanan di luar sebuah kantor polisi di Yangon pada Sabtu dini hari. Setidaknya 10 orang juga terluka dalam penembakan tersebut.
Tiga orang, termasuk seorang pemuda yang bermain untuk tim sepak bola lokal, ditembak mati pasukan keamanan di distrik Insein, Yangon. Empat orang juga dilaporkan tewas di kota Lashio, dan empat lainnya di wilayah Bago dekat Yangon.
Satu orang lainnya dilaporkan tewas di tangan pasukan keamanan di kota Hopin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News