Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mendesak penguasa militer negara itu untuk membiarkan penilaian kebutuhan terus berlanjut saat negara Asia Tenggara itu terhuyung-huyung akibat dampak topan.
Topan Mocha membawa hujan deras dan angin dengan kecepatan 195 kilometer per jam ke Myanmar dan negara tetangga Bangladesh pada 14 Mei, meruntuhkan bangunan dan mengubah jalan menjadi sungai.
"Kerusakan dan hilangnya nyawa dapat diperkirakan dan dihindari, dan jelas terkait dengan penolakan sistematis terhadap hak asasi manusia," kata Turk dalam konferensi pers di Jenewa, dilansir dari AFP, Kamis, 25 Mei 2023.
Baca juga: Junta Myanmar Bantah Laporan Kematian 400 Rohingya Terkait Topan Mocha
"Sangat penting bagi militer untuk mencabut hambatan dalam perjalanan, memungkinkan penilaian kebutuhan terjadi, dan memastikan akses ke dan pengiriman bantuan dan layanan yang menyelamatkan jiwa," sambungnya.
Junta Myanmar telah melaporkan 148 korban tewas, sebagian besar dari minoritas Rohingya di negara bagian Rakhine barat.
"Selama beberapa dekade, pihak berwenang di Myanmar telah merampas hak dan kebebasan Rohingya dan tanpa henti menyerang kelompok etnis lain, mengikis kemampuan mereka untuk bertahan hidup," kata Turk.
Rakhine adalah rumah bagi ratusan ribu Rohingya, banyak di antaranya tinggal di kamp-kamp pengungsian setelah konflik etnis selama puluhan tahun.
"Masyarakat yang mengungsi telah bertahan hidup di bangunan bambu sementara, beberapa sejak 2012, dan militer Myanmar berulang kali menolak permintaan lembaga kemanusiaan untuk membangun kondisi kehidupan yang lebih berkelanjutan di daerah yang tidak terlalu rawan banjir," kata Turk.
"Saya melihat ini sendiri dalam banyak perjalanan saya ke Myanmar, terutama ke timur. Mereka juga secara konsisten mencegah orang Rohingya bergerak bebas, termasuk pada hari-hari sebelum topan," ujarnya.
Pada Selasa lalu, PBB mengajukan permohonan dana darurat sebesar USD333 juta (setara Rp4,9 triliun) untuk 1,6 juta orang yang terkena dampak Topan Mocha di Myanmar.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News