Demo di Myanmar/AFP.
Demo di Myanmar/AFP.

Thailand Keluhkan Dampak Kekerasan Militer di Myanmar

Marcheilla Ariesta • 02 April 2021 00:27
Bangkok: Pemerintah Thailand mulai mengeluh dengan korban jiwa yang terus bertambah akibat kekerasan dalam demo kudeta militer di Myanmar. Negeri Gajah Putih meminta junta militer menghentikan kekerasan.
 
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Tanee Sangrat, meminta junta militer Myanmar menahan diri supaya korban jiwa maupun luka dalam krisis politik di Myanmar terus bertambah. Pemerintah Thailand juga meminta agar tahanan politik Myanmar segera dibebaskan.
 
"Kami meminta agar militer Myanmar menghentikan kekerasan dan membebaskan seluruh tahanan politik," kata Sangrat, dilansir dari Channel News Asia, Kamis, 1 April 2021.

Baca: 536 Orang Meninggal dalam Aksi Kudeta Militer Myanmar
 
Menurut catatan, ada sekitar 3.000 penduduk di kawasan pedesaan mengungsi ke perbatasan Thailand. Hal itu membuat otoritas Thailand kerepotan, sebab mereka juga masih menampung pengungsi yang lari dari perang saudara antara militer Myanmar dan pemberontak Karen.
 
Selain itu, saat ini beberapa orang yang disebut 'pejuang ponsel pintar' dalam gerakan antikudeta di Myanmar melancarkan balas dendam secara daring terhadap militer. Mereka memburu orang-orang yang memiliki hubungan keluarga dengan militer sebagai bentuk hukuman sosial.
 
Situs dan halaman Facebook, yang memiliki 67.000 pengikut sebelum ditutup, memerinci informasi pribadi orang-orang ini. Informasi seperti tempat kerja, universitas, dan tautan ke akun media sosial mereka dibuka kepada publik. Sebuah praktik serangan siber yang dikenal sebagai doxxing.
 
Facebook menutup halaman tersebut karena melanggar standar komunitas. Namun, halaman lain dengan jumlah pengikut yang lebih kecil masih ada.
 
Kondisi di Myanmar semakin kacau usai kudeta militer yang menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi pada Februari 2021. Laporan menunjukkan lebih dari 500 orang tewas akibat kekerasan yang dilakukan junta kepada pedemo.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan