Seruan tersebut disampaikan Zelensky dalam pidato di hari terakhir Shangri-La Dialogue di Singapura pada hari Minggu, 2 Juni 2024.
Dalam pidatonya, Zelensky menekankan peran diplomasi dalam mempertahankan upaya Ukraina dalam berperang melawan Rusia, yang kini telah memasuki tahun ketiga.
"Belum lama ini, dunia tampaknya selalu terpecah. Tetapi kami melihat bahwa sebagian besar negara benar-benar menginginkan dan mampu bekerja sama, setidaknya sejauh menyangkut keamanan kolektif," kata Zelensky kepada ratusan pejabat pemerintah asing dan delegasi di Shangri-La Dialogue 2024.
Ia menekankan bagaimana dukungan dari negara-negara di seluruh dunia telah membantu Ukraina mempertahankan kemampuan pertahanannya di tengah serangan agresif Rusia.
"Diplomasi lebih efektif jika benar-benar bertujuan untuk melindungi kehidupan, (dan) bersama para mitra, kita membela kehidupan dan tatanan dunia yang berdasarkan aturan," ucap Zelensky, seraya menambahkan bahwa pengalaman Ukraina telah membantu memulihkan 'diplomasi yang efektif.'
"Kita akan memasuki KTT Perdamaian Global (di Swiss) agar setiap pemimpin dan negara dapat menunjukkan komitmen mereka terhadap perdamaian," sambungnya, seperti dilansir dari laman voanews.
Ia menambahkan bahwa mayoritas negara global dapat memastikan bahwa "apa yang disepakati benar-benar dilaksanakan" dengan keterlibatan mereka dalam pertemuan puncak di Swiss nanti.
Sambil menegaskan kembali pentingnya bagi negara-negara di seluruh dunia untuk tetap "bersatu" dan bertindak dalam "harmoni penuh," Zelensky juga menyatakan kekecewaannya atas beberapa negara yang kemungkinan tidak akan hadir di KTT perdamaian.
"Kami kecewa karena beberapa pemimpin dunia belum mengonfirmasi partisipasi mereka dalam pertemuan puncak perdamaian, (dan) sayangnya, ada juga upaya untuk mengganggu pertemuan puncak tersebut," tutur Zelensky.
Pernyataan Zelensky disampaikan di saat Ukraina terus dilanda pengeboman besar-besaran oleh Rusia. Otoritas Ukraina mengatakan kepada media lokal bahwa serangan Rusia yang melibatkan 100 rudal dan pesawat nirawak (drone) pada malam hari telah menargetkan jaringan listrik negara, dan melukai sedikitnya 19 orang.
Serangan tersebut terjadi menyusul keputusan Tiongkok untuk tidak menghadiri pertemuan puncak perdamaian. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning mengatakan kepada wartawan pada 31 Mei lalu, bahwa KTT di Swiss belum memenuhi persyaratan yang diajukan Tiongkok, yaitu bahwa Rusia dan Ukraina harus ikut serta dalam pertemuan. Rusia telah memastikan tidak akan hadir dalam pertemuan tersebut.
Baca juga: Berperan Besar, Dubes Ukraina Harapkan Kehadiran Indonesia di KTT Perdamaian Dunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News