Mosi tidak percaya kali keempat ini digelar menjelang pemilihan umum Thailand dalam 11 bulan ke depan. Dengan lolosnya PM Prayuth, ia akan tetap memegang jabatan tersebut hingga Maret tahun depan.
Sejauh ini belum pernah ada satu pun pejabat Thailand yang pernah digulingkan melalui mosi tidak percaya dalam sejarah parlemen di negara tersebut. Prayuth, 68, berkuasa melalui kudeta di tahun 2014, dan kemudian menjadi perdana menteri dalam pemilihan umum 2019.
Baca: Pertama dalam Satu Dekade, Bangkok Gelar Pemilihan Gubernur
Pemerintah koalisi PM Prayuth memiliki 253 kursi parlemen, sementara kubu oposisi hanya 224. Masing-masing pejabat yang terkena mosi percaya bisa lolos jika mendapat setidaknya 239 dukungan.
Dalam empat hari terakhir, dilansir dari TRT World, perpolitikan Thailand diwarnai perdebatan sengit, dengan PM Prayuth menjadi target utama kubu oposisi. Menurut kepala oposisi Thailand Sutin Klungsang, kegagalan utama PM Prayuth adalah manajemen ekonomi.
PM Prayuth, yang juga menjabat posisi Menteri Pertahanan Thailand, juga dituding memata-matai kritikus politik dengan menggunakan spyware Pegasus. Tidak hanya itu, ia juga dituduh menyalahgunakan anggaran negara.
Deputi PM dan Menteri Kesehatan Thailand Anutin Charnvirakul juga dituduh telah melegalkan ganja tanpa skema pengendalian yang jelas.
Mengenai gelombang kritik, PM Prayuth mengatakan perekonomian Thailand relatif stabil di tengah lonjakan harga energi dan inflasi.
"Untuk 250 hari tersisa di pemerintahan ini, saya akan melakukan segala yang saya bisa untuk sesegera mungkin mengeluarkan negara dari krisis," tegas PM Prayuth.
Pemerintah Thailand memprediksi bahwa perekonomian negara akan tumbuh antara 2,5 persen dan 3,5 persen tahun ini, naik dari 1,6 persen tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News