Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Teuku Faizasyah mengatakan, BDF bukan merupakan forum untuk menggurui negara-negara lain, melainkan sebuah proses untuk saling belajar dan berbagi.
"BDF adalah sebuah proses yang tidak patronising (menggurui), melainkan proses yang diharapkan dapat mendorong negara-negara untuk belajar demokrasi dari negara lain yang hadir di forum ini. Mereka bercerita atau saling memberikan pengalaman dalam menjalankan demokrasi," sebut Faizasyah kepada awak media di sela-sela acara Bali Civil Society and Media Forum (BCSMF) ke-5 di Nusa Dua, Selasa, 6 Desember 2022.
Dua tahun lalu, lanjut Faizasyah, BDF sempat membahas mengenai bagaimana sistem-sistem politik global dalam mengatasi pandemi Covid-19. Kala itu, BDF tidak menyebut bahwa demokrasi adalah sistem terbaik dibanding sistem lain dalam menghadapi pandemi.
BDF hanya membahas dan bertukar pandangan mengenai apa saja yang bisa diambil dari sistem-sistem politik tertentu.
Menurut Faizasyah, BDF adalah forum yang selalu dilihat sebagai yang utama di kawasan Asia Pasifik kalau kita berbicara mengenai nilai-nilai demokrasi. BDF adalah tempat belajar, dan "forum ini tidak pernah membeda-bedakan mana negara yang sudah demokrasi ataupun yang mau belajar berdemokrasi," sebut Faizasyah.
BDF 2022 mengangkat tema "Democracy in a Changing World: Leadership and Solidarity" yang menekankan pada kepemimpinan serta solidaritas di tengah situasi dunia yang terus berubah.
Tema tersebut sejalan dengan situasi global di mana pandemi Covid-19 yang belum berakhir, dan terdapat ketegangan geopolitik, krisis pangan, dan energi yang menjadi tantangan tersendiri bagi demokrasi yang diharapkan memberikan akses kebutuhan utama masyarakat (public goods), seperti stabilitas dan kesempatan ekonomi, serta kesehatan, pangan dan energi.
Baca: BDF 2022 Dahulukan Kehadiran Fisik, Dubes Ukraina dan Rusia Dipastikan Hadir
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News