"Polisi menggunakan meriam air untuk membersihkan (jalanan dari kerumunan orang)," kata Kyaw Kyaw, seorang warga yang bergabung dalam unjuk rasa, dilansir dari AFP.
Seorang fotografer AFP juga menyaksikan insiden itu. Ini merupakan kali pertama polisi menggunakan meriam air sejak demonstrasi di Myanmar dimulai tiga hari lalu.
Dari video yang beredar di media sosial, terlihat sekelompok pedemo yang terluka akibat terkena kuatnya semburan meriam air. Beberapa dari mereka bahkan terlempar dan jatuh menghantam tanah.
Ribuan orang bergabung dalam protes anti-kudeta di seantero Myanmar. Kelompok pekerja memutuskan mogok kerja demi ikut dalam aksi protes. Mereka mendesak militer Myanmar untuk segera membebaskan jajaran pemimpin Myanmar, terutama Aung San Suu Kyi.
"Kami bergabung dalam protes untuk mengakhiri kediktatoran militer," ungkap Kyaw Kyaw.
Di Kota Yangon, ribuan orang dari berbagai kalangan hadir dalam protes serupa. Unjuk rasa diikuti kalangan pekerja, dosen, mahasiswa hingga biksu. Mereka membawa atribut beragam warna, termasuk merah yang diasosiasikan dengan Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Baca: Demo Hari Ketiga di Myanmar Diikuti Ribuan Pekerja dan Mahasiswa
Kudeta militer di Myanmar terjadi pada 1 Februari lalu, yang diawali dengan penahanan Suu Kyi dan sejumlah pejabat Myanmar lainnya.
Sepanjang akhir pekan kemarin, puluhan ribu orang berunjuk rasa di seantero Myanmar dalam mendesak diakhirinya kekuasaan militer.
Militer Myanmar atau Tatmadaw mengaku terpaksa melakukan kudeta karena pemerintahan Suu Kyi tidak merespons seruan menginvestigasi dugaan kecurangan dalam pemilihan umum 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News