Ribuan orang berunjuk rasa menentang kudeta militer di kota Yangon, Myanmar pada 8 Februari 2021. (STR/AFP)
Ribuan orang berunjuk rasa menentang kudeta militer di kota Yangon, Myanmar pada 8 Februari 2021. (STR/AFP)

Demo Hari Ketiga di Myanmar Diikuti Ribuan Pekerja dan Mahasiswa

Willy Haryono • 08 Februari 2021 13:17
Yangon: Ribuan orang bergabung dalam gerakan protes menentang kudeta Myanmar di kota Yangon pada Senin, 8 Februari 2021. Ini merupakan aksi protes hari ketiga yang melibatkan ribuan orang dari berbagai kalangan.
 
Dilansir dari laman TRT World, unjuk rasa diikuti kalangan pekerja, dosen, mahasiswa hingga biksu. Mereka membawa atribut beragam warna, termasuk merah yang diasosiasikan dengan partai berkuasa milik pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
 
Kudeta militer di Myanmar terjadi pada 1 Februari lalu, yang diawali dengan penahanan Suu Kyi dan sejumlah pejabat Myanmar lainnya.

"Bebaskan pemimpin kami, hormati suara kami, tolak kudeta militer," tulis ungkapan di salah satu spanduk yang dibawa demonstran.
 
Kelompok pekerja terlihat dalam demonstrasi hari ketiga. Mereka memutuskan melakukan aksi mogok kerja demi memperjuangkan nilai-nilai demokrasi dan mendesak pembebasan para pemimpin Myanmar, terutama Suu Kyi.
 
"Hari ini adalah hari kerja, tapi kami menolak bekerja walaupun gaji kami terancam dipotong," kata seorang buruh pabrik garmen, Hnin Thazin, kepada kantor berita AFP.
 
Baca:  PBB Lakukan Kontak Perdana dengan Militer Myanmar Pascakudeta
 
Sementara di Mandalay, kota kedua terbesar di Myanmar, lebih dari 1.000 orang telah berkumpul sejak pagi hari. Sementara ratusan demonstran lainnya terlihat di ibu kota Naypyidaw. Mereka mengungkapkan kekecewaan terhadap militer dengan mengendarai sepeda motor berkeliling kota sembari membunyikan klakson.
 
Sepanjang akhir pekan kemarin, puluhan ribu orang berunjuk rasa di seantero Myanmar dalam mendesak diakhirinya kekuasaan militer.
 
Militer Myanmar atau Tatmadaw mengaku terpaksa melakukan kudeta karena pemerintahan Suu Kyi tidak merespons seruan menginvestigasi dugaan kecurangan dalam pemilihan umum 2020.
 
Dalam pemilu tersebut, komisi pemilihan menyatakan NLD sebagai pemenang. Partai oposisi yang didukung militer tidak menerima hasil tersebut dan menuduh adanya kecurangan masif.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan