Wapres Filipina Sara Z. Duterte. Dok. Instagram Sara Z. Duterte
Wapres Filipina Sara Z. Duterte. Dok. Instagram Sara Z. Duterte

7 Fakta Wapres Filipina Sara Duterte Ancam Bunuh Presiden Marcos dan Ibu Negara

M Rodhi Aulia • 24 November 2024 10:23
Jakarta: Suasana politik di Filipina semakin memanas setelah Wakil Presiden Sara Duterte melontarkan ancaman pembunuhan terhadap Presiden Ferdinand Marcos Jr. dan keluarganya dalam sebuah konferensi pers yang penuh emosi pada Sabtu 23 November 2024. Sara mengisyaratkan bahwa dirinya menjadi target rencana pembunuhan. Ia kemudian meminta jika hal itu terjadi, harus ada pembunuhan lanjutan. 
 
"Jangan khawatir tentang keselamatan saya. Saya sudah bicara dengan seseorang dan saya bilang, kalau saya terbunuh, bunuh saja BBM (Bongbong Marcos), (Ibu Negara) Liza Araneta, dan (Ketua DPR) Martin Romualdez. Ini tidak bercanda. Tidak bercanda," kata Sara seperti dikutip Aljazeera, Sabtu 23 November 2024.
 
Baca juga: Bongbong Marcos Puji Prabowo Subianto Atas Pembebasan Mary Jane Veloso

Ancaman tersebut muncul di tengah perselisihan yang semakin tajam antara dua dinasti politik paling berkuasa di Filipina, yaitu keluarga Duterte dan Marcos. Situasi ini diperburuk oleh ancaman pemakzulan terhadap Sara di DPR, yang dipimpin oleh Romualdez, sepupu dari Marcos Jr., setelah pemangkasan anggaran signifikan terhadap kantor wakil presiden.
 
Berikut 7 fakta seputar ancaman pembunuhan ini:

1. Ada Perintah Pembunuhan

Sara Duterte secara terbuka mengaku telah berbicara dengan seorang pembunuh bayaran untuk membunuh Presiden Marcos dan keluarganya jika dirinya terbunuh. 
 
"Saya mengatakan kepadanya, jika saya dibunuh, bunuhlah BBM," ungkapnya dalam konferensi pers tersebut.

2. Tanggapan Terhadap Komentar Online

Pernyataan ancaman tersebut disampaikan Sara saat menanggapi komentar dari seorang warganet yang memintanya untuk tetap aman, mengingat dia berada di "wilayah musuh" saat menghadiri sesi pertemuan di majelis rendah parlemen Filipina. 
 
"Jangan khawatir tentang keamanan saya, karena saya telah berbicara dengan seseorang. Saya bilang, 'jika saya dibunuh, bunuhlah BBM," ujar Sara.

3. Krisis Pemakzulan dan Pemangkasan Anggaran


Situasi ini terjadi bersamaan dengan ancaman pemakzulan yang dihadapi Sara di DPR, dan sebelumnya memangkas hampir dua pertiga anggaran kantor wakil presiden. Kemudian Martin Romualdez yang menjabat Ketua DPR Filipina disebut-sebut sebagai sepupu Marcos Jr. dan akan maju dalam Pilpres mendatang.

4. Kepala Staf Wapres Ditahan


Pernyataan pembunuhan ini disampaikan seiring nasib yang menimpa Kepala Staf Wakil Presiden Sara Duterte, Zuleika Lopez. Kepala stafnya diperintahkan DPR untuk ditahan setelah dianggap melakukan campur tangan yang tidak semestinya dalam proses pembahasan anggaran, yang memicu ketegangan antara pihak legislatif dan eksekutif. 
 
"Lopez diperintahkan ditahan pada hari Rabu oleh komite DPR tentang pemerintahan yang baik dan akuntabilitas publik setelah didakwa atas penghinaan terhadap "campur tangan yang tidak semestinya" dalam proses DPR mengenai anggaran rahasia Kantor Wakil Presiden," tulis Philstar dalam laporannya, Minggu 24 November 2024.

5. Reaksi Tim Presiden

Istana Kepresidenan Filipina menyatakan akan mengambil tindakan serius terhadap ancaman tersebut. Ancaman apapun terhadap nyawa presiden harus selalu ditanggapi dengan serius.
 
"Berdasarkan pernyataan wakil presiden yang jelas dan tegas bahwa dia telah menyewa seorang pembunuh untuk membunuh presiden jika rencana yang dituduhkan terhadapnya berhasil," tegas pernyataan resmi dari Kantor komunikasi kepresidenan yang dikutip dari The Manila Times, Minggu 24 November 2024.
 
"Sekretaris eksekutif telah merujuk ancaman aktif ini ke Komando Keamanan Presiden untuk tindakan yang tepat dan segera," katanya dalam sebuah pernyataan," tambahnya.

6. Krisis Keamanan


Komando Keamanan Presiden Filipina menilai ancaman ini sebagai krisisi keamanan nasional. Otoritas terkait meningkatkan protokol keselamatan untuk melindungi Presiden Marcos dan keluarganya setelah ancaman tersebut. 
 
 "Kami tidak akan mengambil risiko apapun terkait keselamatan presiden," ujar pernyataan resmi.

7. Sejarah Kekerasan Politik

Filipina memiliki sejarah panjang terkait kekerasan politik, termasuk pembunuhan Benigno Aquino pada 1983. Ketegangan ini menunjukkan bahwa perseteruan antara dua dinasti politik di Filipina semakin mendalam dan dapat berimplikasi besar bagi stabilitas politik negara tersebut menjelang pemilu mendatang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DHI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan