Ratusan guru berunjuk rasa menentang kudeta militer di Dagon University di kota Yangon, Myanmar pada 5 Februari 2021. (STR/AFP)
Ratusan guru berunjuk rasa menentang kudeta militer di Dagon University di kota Yangon, Myanmar pada 5 Februari 2021. (STR/AFP)

Ratusan Guru Bergabung dalam Protes Menentang Militer Myanmar

Willy Haryono • 06 Februari 2021 08:19
Yangon: Warga di seantero Myanmar, termasuk kelompok guru dan murid, menggelar unjuk rasa dalam memperlihatkan kemarahan mereka atas terjadinya kudeta militer. Mereka juga geram atas penahanan sejumlah tokoh politik, termasuk pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi.
 
"Tangan kanan" Suu Kyi, Win Htein, telah ditahan pihak militer pada Jumat, 5 Februari 2021. Setidaknya 30 orang lainnya juga ditahan di kota Mandalay atas aksi memukul-mukul panci yang merupakan bentuk protes terhadap kudeta.
 
Baca:  DK PBB Desak Militer Myanmar Bebaskan Aung San Suu Kyi

Mengenai pita merah dan membawa poster bergambarkan simbol aksi protes, ratusan guru, dosen, dan juga mahasiswa berkumpul di depan kampus Yangon University of Education.
 
"Kami tidak ingin kudeta militer ini, yang telah merebut kekuasaan secara ilegal dari pemerintahan terpilih kami," kata seorang dosen bernama Nwe Thazin Hlaing.
 
"Kini kami tidak mau lagi kooperatif dengan mereka. Kami ingin kudeta militer ini berakhir gagal," lanjutnya, dilansir dari laman Al Jazeera.
 
Para pengunjuk rasa mengacungkan tiga jari mereka ke udara sebagai tanda perlawanan. Gestur tersebut berasal dari film Hunger Games, yang dalam beberapa tahun terakhir diadopsi gerakan protes dalam menentang ketidakadilan di Asia.
 
Seorang staf universitas mengestimasi 200 dari 246 pegawai Yangon University of Education ikut serta dalam unjuk rasa. "Kami ingin menghambat sistem administrasi (militer)," ujar seorang dosen lainnya, Honey Lwin.
 
Ada laporan sebuah unjuk rasa serupa jjuga terjadi di Dagon University di Yangon.
 
Sebelumnya, aksi protes menentang kudeta militer hanya dilakukan segelintir warga biasa yang memukul-mukul panci dan alat masak serta membunyikan klakson mobil. Tidak ada unjuk rasa masif di jalanan, di negara yang dikenal represif terhadap unjuk rasa.
 
Namun tanda-tanda perlawanan sudah mulai berkembang. Puluhan pemuda terlihat melakukan parade menentang kuderta militer di kota Dawei pada Jumat kemarin.
 
"Kami mendeklarasikan bahwa perjuangan menegakkan demokrasi dimulai hari ini di Dawei. Kami menyerukan kepada warga untuk bergabung dan berjuang bersama kami," sebut salah satu demonstran.
 
Diaspora Myanmar telah menggelar aksi protes di dua negara tetangga, Thailand, India, dan juga Indonesia serta Korea Selatan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan