Manila: Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengucapkan selamat pada jurnalis Maria Ressa yang berhasil meraih hadiah Nobel Perdamaian. Duterte menyebut hadiah tersebut merupakan kemenangan bagi masyarakat Filipina.
Ressa merupakan pendiri situs berita Filipina, Rappler. Ia dan jurnalis asal Rysia Dmitry Muratov sama-sama meraih Nobel Perdamaian tahun ini.
Hadiah didapat Ressa setelah ia berusaha menantang pemimpin Filipina dalam mengungkap praktik korupsi dan penyelewengan aturan. Ia menghadapi berbagai tantangan hukum di pengadilan terkait dengan pelaporan investigasi Rappler terkait pemerintahan Duterte, termasuk mengenai perang melawan narkoba.
"Kemenangannya menjadi kemenangan bagi Filipina dan kami sangat senang untuk hal itu," kata juru bicara kepresidenan Harry Roque, dilansir dari Malay Mail, Senin, 11 Oktober 2021.
Pendukung Duterte menggambarkan Rappler sebagai media berita palsu dan alat Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat. Ressa menganggap hal itu sebagai omong kosong.
Penghargaan yang diraih Ressa mendapat pujian dari banyak pihak di Filipina. Para kritikus mengatakan, penghargaan tersebut merupakan teguran terhadap Duterte yang kerap mengkritik Rappler.
Baca: Kritikus Pemerintah Raih Nobel, Filipina Klaim Kebebasan Pers Dijaga
Ini merupakan Nobel Perdamaian pertama untuk Filipina, dan yang pertama bagi jurnalis sejak Carl von Ossietzky dari Jerman pada 1935.
Saat ditanya pesannya untuk Duterte, Ressa meminta sang presiden untuk tidak melakukan pendekatan yang memecah belah bangsa.
"Saya mohon, satukan bangsa ini. Jangan pisahkan kami," ujarnya dalam wawancara dengan saluran berita ANC.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id