Aksi protes menentang kudeta militer berlangsung di kota Yangon, Myanmar. (STR / AFP)
Aksi protes menentang kudeta militer berlangsung di kota Yangon, Myanmar. (STR / AFP)

Junta Militer Myanmar Berduka atas Kematian Demonstran Anti-Kudeta

Willy Haryono • 23 Maret 2021 16:26
Naypyidaw: Junta militer Myanmar mengekspresikan kesedihan atas kematian para demonstran anti-kudeta yang jumlahnya disebut mencapai 164. Namun junta juga menyalahkan para pengunjuk rasa atas kehancuran berbagai properti negara dan memburuknya situasi keamanan secara keseluruhan.
 
Dalam sebuah konferensi pers pada Selasa ini, 23 Maret 2021, juru bicara junta militer Myanmar Zaw Min Tun mengaku berduka atas kematian demonstran.
 
"Mereka adalah warga kami juga," kata Zaw Min Tun, dilansir dari laman TRT World. Ia menyebut sembilan petugas keamanan juga tewas terbunuh saat berusaha meredam aksi protes yang berlangsung di berbagai kota sejak awal Februari lalu.

Zaw Min menyayangkan terjadinya unjuk rasa dan mogok kerja, terutama di kalangan tenaga kesehatan. Menurut junta, aksi mogok kerja telah membuat sejumlah rumah sakit tidak beroperasi penuh sehingga berdampak pada keselamatan banyak pasien, termasuk mereka yang terjangkit Covid-19.
 
"Mereka yang melakukan mogok kerja tidak etis dan tidak bertanggung jawab," tutur Zaw Min.
 
Selain mengomentari aksi unjuk rasa, junta militer juga memperlihatkan video testimoni seorang mantan pejabat tinggi Myanmar. Dalam video, mantan pejabat bernama Phyo Min Thein itu menuduh pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, telah menerima uang suap, emas batangan, dan juga kain sutera.
 
Phyo Min mengaku telah beberapa kali mengunjungi Suu Kui dan memberinya uang "sesuai yang diperlukan" saat itu.
 
Video tersebut juga memperlihatkan wali kota Naypyidaw yang menuding Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai Suu Kyi, telah melakukan kecurangan dalam pemilu, termasuk membuat jumlah pemilih di salah satu wilayah menjadi tiga kali lipat dari aslinya.
 
Kudeta militer Myanmar terjadi pada 1 Februari lalu, yang diawali penahanan Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan beberapa tokoh lainnya. Militer Myanmar mengaku terpaksa melakukan kudeta karena pemerintahan Suu Kyi tak kunjung menginvestigasi dugaan kecurangan dalam pemilu 2020.
 
Baca:  Protes Baru, Aktivis Myanmar Minta Warga Nyalakan Klakson Mobil
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan