Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyalahkan AS dan para sekutunya atas kurangnya komunikasi mengenai pernyataan gabungan di KTT Asia Timur, sebuah pertemuan yang diikuti 18 negara.
Hari Minggu kemarin, Lavrov menegaskan bahwa bahasa yang digunakan dalam pernyataan gabungan terkait situasi di Ukraina sama sekali tidak dapat diterima. Rusia menolak menggambarkan invasinya ke Ukraina sebagai perang, dan menyebutnya sebagai "operasi militer khusus."
Lavrov juga menuduh AS telah memecah belah ASEAN dan menuduh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mulai meningkatkan aktivitasnya di kawasan.
"Nato tidak lagi mengatakan bahwa mereka adalah aliansi pertahanan murni," kata Lavrov, dikutip dari The Straits Times.
Berbicara di Air Force One pada Minggu malam, Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada awak media bahwa AS yakin sejumlah negara akan menghadapi Rusia terkait situasi di Ukraina. Ia optimistis KTT G20 akan menghasilkan pernyataan bersama atau komunike meski Lavrov turut hadir dalam pertemuan.
"Ketika kita melihat konteks G20, saya pikir Anda akan melihat kerja intensif selama 24 hingga 48 jam ke depan, dengan itikad baik dari Amerika Serikat dan mitra G7 kami untuk menghasilkan pernyataan bersama atau komunike," kata Sulivan.
Menjelang KTT G20, seorang pejabat Jepang mengatakan kepada awak media bahwa negara-negara G7 bersikeras akan menyebutkan invasi Rusia di Ukraina dalam komunike atau pernyataan bersama. (Mustafidhotul Ummah)
Baca: Rancangan Komunike G20 Sebut Kecaman Atas Perang di Ukraina
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News