Wakil Menteri Luar RI, Mahendra Siregar dalam pertemuan ASEAN-UE dan ARF. Foto: Dok.Kemenlu RI
Wakil Menteri Luar RI, Mahendra Siregar dalam pertemuan ASEAN-UE dan ARF. Foto: Dok.Kemenlu RI

Banyak Kebakaran Hutan, Wamenlu: UE Bisa Belajar dari Indonesia

Fajar Nugraha • 07 Agustus 2021 16:20
Jakarta: Pada hari kelima sekaligus hari terakhir rangkaian pertemuan ASEAN Ministerial Meeting dan ASEAN Post Ministerial Conferences, ASEAN bertukar pikiran dengan Uni Eropa (UE). ASEAN juga berdiskusi mengenai keamanan kawasan dengan 27 negara dalam ASEAN Regional Forum.
 
Wakil Menteri Luar RI, Mahendra Siregar menyampaikan pentingnya membangun Kemitraan Strategis yang sudah dicapai ASEAN dengan UE tahun lalu untuk memperoleh manfaat kerja sama saling menguntungkan. Hubungan dagang yang saling menguntungkan menjadi kunci membangun kemitraan ini ke depan. 
 
Baca: Petugas Pemadam Yunani Tewas saat Berupaya Lawan Kebakaran Hutan.

“Kerja sama ASEAN dengan UE perlu terus berkembang. UE tidak hanya memberi bantuan teknis kepada ASEAN, tetapi juga dapat belajar dari ASEAN,” ujar Wamenlu Mahendra, dikutip dari situs Kemlu.go.id, Sabtu 7 Agustus 2021.
 
“UE mengalami Kebakaran hutan empat kali lebih besar luasnya dibanding Indonesia tahun lalu. Dalam mengatasinya UE dapat belajar dari Indonesia,” ungkap Mahendra.
 
Selain itu, UE memiliki target pengurangan emisi yang ambisius pada 2030. Wamenlu Mahendra tekankan bahwa ASEAN pada dasarnya dapat tingkatkan target pengurangan emisi hingga 41 persen pada 2030, jika negara maju dapat bersumbangsih juga. 
 
Indonesia tegaskan pentingnya membangun kepercayaan dan mutual recognition dalam mengatasi hambatan dagang kedua kawasan. Mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat itu menambahkan ASEAN dan UE perlu terus menyelaraskan berbagai kebijakan, antara lain memperbaiki iklim dagang dan investasi untuk memberikan nilai tambah yang lebih menguntungkan bagi kedua pihak.
 
Wamenlu juga mengingatkan agar kedua kawasan memahami tantangan lingkungan hidup yang dihadapi berbagai jenis minyak nabati. Saat elevasi kemitraan, UE sepakat dengan ASEAN untuk membentuk Joint Working Group (JWG) membahas isu minyak nabati kedua kawasan.
 
Beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit, sementara negara anggota Uni Eropa merupakan produsen minyak biji bunga matahari dan minyak rapeseed. Melalui Joint Working Group ini, Indonesia tekankan agar UE melaksanakan komitmennya untuk membangun dialog yang berimbang dalam isu-isu tersebut.

ASEAN Regional Forum

Para Menlu juga menyoroti bertambahnya intensitas rivalitas antar kekuatan besar di masa pandemi. Indonesia tekankan pentingnya dialog dan strategic trust dalam menjawab tantangan kawasan seperti denuklirisasi Semenanjung Korea.
 
"Negara peserta ARF perlu memanfaatkan forum ini untuk membiasakan proses dialog di kawasan, membangun kepercayaan dan menjembatani perbedaan perspektif, serta mengurangi ketegangan antar para anggotanya,” tegas Wamenlu Mahendra.
 
“Indonesia mendorong agar ARF dapat menerjemahkan dialog menjadi kerja sama konkret, utamanya di bidang ketahanan kesehatan untuk menunjang SDGs sebagai bagian dari ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP),” imbuh Mahendra.
 
Tidak hanya itu, Mahendra juga menekankan pentingnya semua pihak menahan diri dari proyeksi kekuatan dan tindakan provokasi yang dapat meningkatkan ketegangan di Laut China Selatan, terutama di tengah pandemi. Indonesia menyerukan agar komunitas internasional harus mendukung peran ASEAN di Myanmar dan menyelesaikan segala bentuk perselisihan di Laut China Selatan sesuai dengan UNCLOS 1982.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan