Pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing (AFP)
Pemimpin junta militer Myanmar, Min Aung Hlaing (AFP)

ASEAN Serahkan Daftar Nama Kandidat Utusan Khusus ke Junta Myanmar

Willy Haryono • 07 Juni 2021 07:18
Naypyidaw: Asosiasi Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) telah menyerahkan daftar nama calon utusan khusus kepada junta militer Myanmar. Nantinya, utusan khusus akan menjadi mediator ASEAN dalam menjembatani dialog antara junta dan kelompok pro-demokrasi di Myanmar.
 
Berdasarkan keterangan tertulis yang dirilis akhir pekan kemarin, Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi dan menteri luar negeri kedua Brunei Darussalam Erywan Pehin Yusof, telah menyerahkan daftar itu ke junta dalam kunjungan mereka ke Myanmar pada Kamis dan Jumat kemarin.
 
Dilansir dari laman ANI pada Senin, 7 Juni 2021, keterangan ASEAN tidak mengungkapkan siapa-siapa saja nama yang berpotensi menjadi utusan khusus untuk Myanmar.

Lim dan Erywan disebutkan telah bertemu langsung pemimpin junta Myanmar Jenderal Min Aung Hlain di Naypyidaw. Mereka membicarakan seputar krisis di Myanmar usai terjadinya kudeta militer pada 1 Februari.
 
Baca:  Kepada Sekjen ASEAN, Pemimpin Junta Janjikan Pemilu Ulang di Myanmar
 
Pengerahan utusan khusus merupakan satu dari lima poin konsensus yang disepakati dalam pertemuan ASEAN Leaders' Meeting (ALM) yang digelar di Jakarta pada akhir April. Min Aung Hlaing ikut hadir dalam pertemuan tersebut.
 
Beberapa poin lainnya adalah penghentian aksi kekerasan dan penyaluran bantuan kemanusiaan dari ASEAN.
 
Dalam pertemuan di Naypyidaw, Erywan yang juga menjabat sebagai ketua dalam ALM, meminta Min Aung Hlaing dan jajaran petinggi Myanmar lainnya untuk membebaskan semua tahanan politik.
 
Sejumlah pihak mengestimasi utusan khusus ke Myanmar akan dikirim pada pertengahan Mei lalu, namun hingga kini posisi tersebut belum dipegang siapapun. Ini dikarenakan junta Myanmar baru menunjukkan sedikit ketertarikan terhadap adanya delegasi dari ASEAN.
 
Sebelumnya junta Myanmar pernah berjanji akan "mempertimbankan saran konstruktif" dari ASEAN, namun hanya jika "stabilitas negara sudah kembali normal."
 
Hingga Sabtu kemarin, menurut laporan kelompok Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), total 847 demonstran anti-kudeta tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Myanmar sejak Februari lalu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan