"Pemilu ulang akan kami lakukan setelah situasi kembali normal," kata Min Aung Hlaing dalam pernyataannya, dilansir dair AFP, Jumat, 4 Juni 2021.
Meski demikian, ia tidak menjabarkan dengan detail pemilihan tersebut. Sebelumnya junta pernah mengatakan akan menggelar pemilu dalam dua tahun.
Militer Myanmar mengambil alih kekuasaan setelah mereka menggulingkan pemimpin sipil dan terpilih, Aung San Suu Kyi dan pendukungnya di pemerintahan. Suu Kyi menjadi tahanan rumah sejak kudeta berlangsung pada 1 Februari lalu.
Baca juga: Pemerintah Bayangan Myanmar Ajak Rohingya Gabung Lawan Junta
Alasan kudeta adalah karena junta tidak terima hasil pemilu pada November 2020. Mereka menganggap ada kecurangan sehingga Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) yang dipimpin Suu Kyi menang.
Banyak yang menentang kudeta ini, tak hanya dari dalam negeri, namun juga hingga dunia internasional. Bentrokan antara pedemo dengan pasukan keamanan Myanmar menyebabkan sekitar 800 orang tewas dan ribuan lainnya ditangkap.
Para jurnalis yang meliput demo juga menjadi sasaran tangkap pasukan keamanan Myanmar.
Karena hal ini, pada akhir April lalu, ASEAN menggelar pertemuan darurat dan mengundang Min Aung Hlaing hadir. ASEAN mendesak kekerasan di Myanmar segera dihentikan, dan para tahanan politik dibebaskan, serta agar keinginan rakyat Myanmar yang mengingingkan demokrasi untuk dipenuhi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News