Perdagangan batu giok sangat menguntungkan, namun sayangnya diatur dengan buruk di Myanmar. Foto: AFP
Perdagangan batu giok sangat menguntungkan, namun sayangnya diatur dengan buruk di Myanmar. Foto: AFP

3 Mayat Korban Longsor Tambang Giok Myanmar Ditemukan, 70 Lainnya Masih Hilang

Marcheilla Ariesta • 24 Desember 2021 05:57
Yangon: Tim penyelamat Myanmar menemukan jenazah ketiga dari korban tanah longsor di tambang batu giok. Puluhan orang lainnya masih hilang.
 
Tim penyelamat berhasil menemukan dua mayat pada Kamis, 23 Desember 2021, setelah sehari sebelumnya menemukan satu korban tewas. Banyak yang meninggal setiap tahunnya karena longsor di tambang batu giok yang dikelola secara ilegal di Myanmar.
 
Perdagangan batu giok sangat menguntungkan, namun sayangnya diatur dengan buruk di negara itu. Padahal, Myanmar adalah negara dengan tambang giok terbesar dunia.

Baca: Longsor Landa Tambang Giok di Myanmar, 1 Orang Tewas Puluhan Hilang.
 
Batu giok sangat didambakan di negara tetangga Myanmar, Tiongkok. Karenanya banyak pekerja migran bergaji rendah mengikis batu itu walaupun bahaya mengancam.
 
Menurut pihak berwenang, sebanyak 70 orang lainnya dikhawatirkan hilang usai tanah longsor melanda pada Rabu pagi. Namun, mereka masih berusaha mengonfirmasi jumlah pekerja yang belum ditemukan.
 
Para penambang di Hpakant datang dari seluruh Myanmar untuk mencari nafkah melalui tumpukan limbah yang ditinggalkan oleh perusahaan pertambangan industri dengan harapan menemukan sebongkah batu giok yang terabaikan.
 
Ko Jack, dari Organisasi Penyelamatan Myanmar menambahkan, enam tim penyelamat sedang mencari korban. Beruntung cuaca saat ini cerah sehingga pencarian berjalan lancar.
 
"Pencarian berjalan lancar, tidak ada kendala karena saat ini cerah," tuturnya dilansir dari AFP, Jumat 24 Desember 2021.
 
Namun, salah seorang penyelamat mengatakan jarak pandangnya suram. "Jika mayat tidak mengapung hari ini, mereka akan muncul di hari berikutnya," lanjut Ko Nyi.
 
Ratusan penggali telah kembali ke Hpakant selama musim hujan untuk mencari prospek di tambang terbuka yang berbahaya meskipun junta melarang penggalian hingga Maret 2022.
 
Tim penyelamat mengatakan peningkatan tekanan dari berat tanah dan batu yang dibuang telah mendorong tanah menuruni bukit ke danau terdekat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan