Dilansir dari Euro News, Rabu, 22 Desember 2021, penyelamat bernama Ko Ny menjelaskan, "sekitar 70 hingga 100 orang hilang dalam tanah longsor yang terjadi sekitar pukul 4 pagi" di tambang batu giok di Hpakant, negara bagian Kayah.
"Kami mengirim 25 korban luka ke rumah sakit. Kami juga menemukan satu korban tewas," ujar Ko Ny.
Sekitar 200 petugas penyelamat terlibat dalam pencarian, beberapa di antaranya menggunakan kapal di sebuah danau dekat lokasi.
Departemen Pemadam Kebakaran Myanmar mengatakan melalui Facebook, bahwa dinas pemadam kebakaran Hpakant dan kota tetangga, Lone Khin, terlibat dalam operasi pencarian sekaligus penyelamatan.
Insiden berujung kematian pekerja tambang terjadi di Myanmar pada setiap tahunnya. Biasaya, para pekerja tambang di Myanmar bekerja dalam kondisi berbahaya di tengah lemahnya standar keselamatan dan regulasi pemerintah.
Tanah longsor sering terjadi di wilayah miskin dan terpencil di Myanmar seperti Hpakant. Warga Myanmar kerap mengibaratkan tanah Hpakant bak permukaan bulan, karena telah dieksploitasi sedemikian parah oleh jajaran perusahaan tambang.
Setelah moratorium pada 2016 di Myanmar, banyak tambang besar ditutup. Kondisi memungkinkan kembalinya banyak penambang independen dari etnis terentu.
Pada 2020, hujan deras diketahui menyebabkan bencana terburuk dalam bidang pertambangan di Myanmar. Kala itu, sebanyak 300 pekerja tambang terkubur tanah longsor di Hpakant, yang merupakan jantung industri Myanmar di dekat perbatasan Tiongkok.
Baca: Longsor Landa Tambang Batu Giok di Myanmar, 50 Tewas
Myanmar memperoleh pendapatan signifikan dari industri giok, sebuah batu mulia yang memiliki nilai jual fantastis di Tiongkok.
Menurut laporan kelompok pengawas Global Witness, kudeta Myanmar padaFebruari lalu menghancurkan peluang terjadinya reformasi industri tambang di bawah pemerintahan Aung San Suu Kyi. Impian reformasi itu buyar karena Suu Kyi telah digulingkan junta militer. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News