Gas air mata digunakan dalam bentrokan antara pedemo dan pasukan keamanan Myanmar di kota Yangon. (AFP)
Gas air mata digunakan dalam bentrokan antara pedemo dan pasukan keamanan Myanmar di kota Yangon. (AFP)

Korban Tewas dalam Protes Anti-Kudeta di Myanmar Lampaui 400

Willy Haryono • 28 Maret 2021 07:49
Naypyidaw: Puluhan orang tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar sepanjang Sabtu kemarin, yang merupakan hari paling mematikan sejak terjadinya kudeta militer di negara tersebut pada 1 Februari lalu. Menurut catatan grup pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), lebih dari 90 kematian -- termasuk anak-anak -- terpantau di Myanmar sepanjang Sabtu.
 
Tambahan angka kematian ini menjadikan total pedemo dan warga sipil yang tewas di tangan pasukan Myanmar melampaui 400.
 
"Mereka membunuh kami sudah seperti membunuh burung atau ayam," kata seorang warga Myanmar bernama Thu Ya Zaw di kota Myingan.

"Meski begitu, kami akan terus berunjuk rasa," sambungnya, dilansir dari laman BBC pada Minggu, 28 Maret 2021.
 
Terlampauinya angka 400 korban tewas terjadi saat para demonstran menentang peringatan dan tetap berunjuk rasa di tengah parade Hari Pasukan Bersenjata.
 
Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa mengecam keras jatuhnya banyak korban jiwa di Myanmar. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyebut perkembangan terbaru di Myanmar sebagai "kemunduran baru."
 
AAPP menyebut angka korban tewas masih mungkin bertambah seiring masih banyaknya pengunjuk rasa yang turun ke jalan.
 
Sebelumnya pada Jumat kemarin, junta militer Myanmar melalui televisi nasional memperingatkan pedemo untuk belajar dari tingginya angka kematian. "Anda semua sebaiknya belajar dari tragedi kematian sebelumnya, bahwa Anda juga kemungkinan dapat terkena tembakan di bagian kepala atau punggung," ujar pernyataan junta militer Myanmar.
 
Peringatan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik apakah pasukan keamanan Myanmar memang diberi perintah untuk membunuh demonstran.
 
Baca:  Junta Myanmar Serukan Pedemo untuk Belajar dari Banyaknya Kematian
 
Kudeta militer Myanmar terjadi pada 1 Februari lalu, yang dimulai dengan penahanan sejumlah tokoh penting termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi. Militer Myanmar atau disebut juga Tatmadaw, mengaku harus melakukan kudeta karena pemerintahan Suu Kyi tak kunjung menginvestigasi dugaan kecurangan dalam pemilu 2020.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan