Sebanyak tiga orang tewas dan beberapa lainnya cedera usai polisi melepaskan tembakan para pedemo di Kota Mandalay. Seorang lainnya tewas di Pyay dan dua lagi di Yangon.
"Pasukan keamanan awalnya menghentikan ambulans yang menjangkau mereka yang terluka dan mengizinkan ambulans itu pergi beberapa saat setelahnya," kata seorang pengunjuk rasa di Pyay, dilansir dari Malay Mail.
"Pada saat mereka mengizinkannya (ambulans), salah satu dari yang terluka kritis dan kemudian meninggal," imbuh saksi mata tersebut.
Kematian para pedemo ini terjadi ketika pemimpin Amerika Serikat, India, Australia dan Jepang berjanji akan bekerja sama memulihkan demokrasi di negara Asia Tenggara tersebut.
Baca juga: Korea Selatan Tangguhkan Pertukaran Teknologi Pertahanan dengan Myanmar
Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan lebih dari 70 orang tewas di Myanmar dalam protes yang meluas terhadap kudeta militer 1 Februari lalu.
Protes hari Sabtu meletus setelah poster-poster menyebar di media sosial yang mendesak orang-orang untuk memperingati kematian Phone Maw. Ia ditembak dan dibunuh oleh pasukan keamanan pada tahun 1988 di dalam tempat yang kemudian dikenal sebagai kampus Institut Teknologi Rangoon.
Penembakannya dan siswa lain saat itu memicu protes luas terhadap pemerintah militer, yang dikenal sebagai protes 8-8-88. Diperkirakan 3.000 orang terbunuh ketika tentara menghancurkan pemberontakan yang menjadi tantangan terbesar bagi pemerintahan militer sejak 1962.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id