Burgener telah menghabiskan sembilan bulan terakhir berurusan dengan dampak dari kudeta militer pascapemilihan November tahun lalu. Kudeta tersebut membuat kekacauan dan kekerasan di Myanmar yang menyebabkan 1.100 warga sipil tewas dan ribuan lainnya dipenjara.
Dilansir dari Voice of America, Selasa, 26 Oktober 2021, Heyzer (73) merupakan seorang ilmuwan sosial dan mantan pejabat PBB. Ia merupakan perempuan pertama yang menjabat sebagai sekretaris eksekutif Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik dari 2007 hingga 2014.
Ia juga bekerja erat dengan ASEAN dan pemerintah Myanmar dalam upaya pemulihan usai Topan Nargis pada Mei 2008. Badai tropis itu menyebabkan lebih dari 140 ribu orang tewas.
Baca juga: Junta Myanmar Sebut Laporan HAM PBB Menghasut Kekerasan
Heyzer diketahui sebagai mantan penasihat khusus Sekjen PBB Ban Ki-mon untuk Timor Leste dari 2013 hingga 2015. Ia terlibat dalam pembangunan perdamaian, pembangunan negara, dan pembangunan berkelanjutan. Dia juga direktur eksekutif UNIFEM, pelopor UN Women, dari 1994 hingga 2007.
"Dia akan memiliki pekerjaan yang cocok untuknya," kata Guterres.
Tugasnya saat ini adalah berdialog dengan militer Myanmar untuk mengembalikan demokrasi ke negara itu. Selama ini, militer Myanmar telah mengabaikan tekanan internasional untuk membalikkan perebutan kekuasaan Februari dan mengembalikan kekuasaan ke Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipilih secara demokratis.
Kekerasan telah menyebar ke seluruh negeri, dan Pemerintah Persatuan Nasional NLD telah membentuk Angkatan Pertahanan Rakyatnya sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News