Miss Grand International Myanmar 2020 Thaw Nandar Aung alias Han Lay ditangkap imigrasi Thailand./Bangkok Post
Miss Grand International Myanmar 2020 Thaw Nandar Aung alias Han Lay ditangkap imigrasi Thailand./Bangkok Post

Ratu Kecantikan Myanmar Penentang Junta Ditahan Imigrasi Thailand

Marcheilla Ariesta • 23 September 2022 19:57
Bangkok: Seorang ratu kecantikan Myanmar meminta bantuan setelah ditolak masuk ke Thailand oleh pejabat imigrasi. Thaw Nandar Aung atau yang dikenal dengan Han Lay kerap menyampaikan pendapatnya yang menentang kudeta militer di negaranya.
 
Ia ditahan di bandara internasional utama Bangkok sejak Kamis setelah tiba dengan penerbangan dari Vietnam. Dia menjadi berita utama pada Maret 2021 ketika dia mendesak dunia untuk "menyelamatkan" rakyat Myanmar dari militer, yang telah merebut kekuasaan sebulan sebelumnya.
 
Pejabat imigrasi Thailand mengatakan dia ditolak masuk ke kerajaan karena masalah dengan paspornya.

Dalam sebuah posting di halaman Facebooknya, Han Lay mengatakan, dia takut polisi Myanmar akan datang dan menjemputnya di bandara.
 
"Saya meminta otoritas Thailand dari sini, tolong bantu saya," tulisnya, sambil mengatakan telah menghubungi badan pengungsi PBB.
 
Baca juga: Indonesia Kecam Junta Atas Tewasnya 11 Pelajar Akibat Konflik Myanmar
 
Dilansir dari AFP, Jumat, 23 September 2022, seorang pejabat Thailand mengatakan, polisi Myanmar belum berbicara dengannya dan mengatakan terserah padanya untuk memutuskan ke mana harus terbang dari Bangkok.
 
Saat di Bangkok bersaing dalam kontes Miss Grand International, mantan mahasiswa psikologi itu berbicara menentang kudeta, yang menggulingkan pemerintah sipil yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
 
"Saya ingin mengatakan dari sini kepada dunia: tolong dukung rakyat Myanmar," katanya.
 
"Begitu banyak orang mati di Myanmar oleh senjata militer. Tolong selamatkan kami," ucapnya.
 
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta, dengan junta berjuang untuk memadamkan perlawanan terhadap kekuasaannya. Sebuah tindakan keras militer terhadap perbedaan pendapat telah menyebabkan lebih dari 2.300 warga sipil tewas, menurut sebuah kelompok pemantau lokal.
 
Namun, junta menyebutkan jumlah korban sipil hampir 3.900 orang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan