Demonstrasi dilakukan di tengah pemutusan jaringan internet dan pemblokiran sejumlah situs media sosial oleh militer Myanmar.
"Turunkan kediktatoran militer," teriak para pengunjuk rasa di Yangon, dikutip dari laman TRT World. Banyak dari mereka memakai ikat kepala merah, warna yang diasosiasikan dengan partai milik pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi.
Menurut keterangan jurnalis AFP di lokasi, polisi dalam jumlah besar memblokade berbagai ruas jalan di Yangon. Meriam air terlihat di beberapa titik, meski sejauh ini situasi masih relatif stabil.
Unjuk rasa berlangsung saat Myanmar memasuki pemutusan internet kedua berskala nasional pekan ini. Skala pemutusan internet ini setara saat militer menahan Suu Kyi dan sejumlah pejabat lainnya pada 1 Februari.
Baca: Penasihat Asing Suu Kyi asal Australia Ditahan Militer Myanmar
Penahanan terhadap Suu Kyi merupakan serangan terhadap kemajuan Myanmar di bidang demokrasi.
Selain pemuda, kelompok guru dan dosen di Yango juga ikut berunjuk rasa menentang kudeta militer. Mengenai pita merah dan membawa poster bergambarkan simbol aksi protes, ratusan guru, dosen, dan juga mahasiswa berkumpul di depan kampus Yangon University of Education.
"Kami tidak ingin kudeta militer ini, yang telah merebut kekuasaan secara ilegal dari pemerintahan terpilih kami," kata seorang dosen bernama Nwe Thazin Hlaing.
Sebelum itu, sekelompok warga telah mengungkapkan penentangan mereka terhadap militer Myanmar dengan memukul-mukul panci dan alat penggorengan lainnya. Dalam rangkaian aksi protes ini, banyak demonstran yang mengacungkan tiga jari ke udara sebagai simbol perlawanan.
Gestur tersebut berasal dari film Hunger Games, yang dalam beberapa tahun terakhir diadopsi gerakan protes dalam menentang ketidakadilan di Asia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News