PM Lee dengan nada simpatik mengatakan, negara-negara harus membuat 'perhitungan ulang' dan 'menyesuaikan posisi mereka dari waktu ke waktu'.
"Apa yang akan mempengaruhi persepsi tekad dan komitmen AS terhadap kawasan adalah apa yang dilakukan Washington ke depan," katanya, dilansir dari South China Morning Post, Senin, 23 Agustus 2021.
Ia mengatakan, AS dengan cermat memposisikan diri mereka melibatkan teman, mitra, dan sekutu sambil terus berjuang melawan terorisme. Ia menambahkan, AS telah berada di Asia sejak Perang Dunia II dan menjadi saksi transformasi dramatis di kawasan tersebut.
"Perubahan-perubahan itu dibantu oleh pengaruh jinak dan konstruktif Amerika Serikat sebagai penjamin keamanan regional dan dukungan kemakmuran," imbuhnya.
Menurut PM Lee, intervensi Negeri Paman Sam di Afghanistan setelah serangan 11 September mampu mencegah kelompok teroris seperti al-Qaeda menggunakan negara itu sebagai basis mereka.
Baca juga: Singapura Tawarkan AS Pesawat Tanker untuk Misi Evakuasi Afghanistan
"Untuk ini, Singapura berterima kasih. Kami berharap Afghanistan tidak menjadi pusat terorisme lagi," ungkapnya.
"AS telah menginvestasikan banyak darah dan harta di Afghanistan. Itu tugas sulit karena sejarah geografi dan persaingan suku yang kompleks di wilayah tersebut," imbuh Lee.
Mengenai evakuasi dari Afghanistan, PM Lee menawarkan AS untuk menggunakan pesawat tanker Airbus 330 milik Singapura. Atas tawaran ini, Wakil Presiden AS, Kamala Harris yang telah melakukan lawatan ke negara tersebut, mengucapkan terima kasih dan berharap akan ada pembahasan lebih lanjut ke depannya.
"Saya menegaskan kembali, pertemuan kami adalah komitmen Amerika Serikat untuk bekerja dengan sekutu dan mitra kami di sekitar Indo-Pasifik untuk menegakkan ketertiban internasional berbasis aturan dan kebebasan navigasi, termasuk di Laut Cina Selatan," tegas Harris.
Taliban berhasil menguasai istana kepresidenan Afghanistan pekan lalu. Langkah Taliban yang begitu cepat merebut kekuasaan pemerintah mengejutkan banyak pihak, termasuk Amerika Serikat.
Rusia dan Tiongkok menyalahkan AS atas keputusan tersebut. Bahkan, beberapa anggota Parlemen di Negeri Paman Sam juga menyesalkan Presiden Joe Biden mengambil keputusan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News