Meski demikian, menurut Dewi, keketuaan Indonesia tidak melahirkan intelektual baru.
"Tahukah Anda, belum ada konsep kerangka konseptual baru tentang bagaimana mentransformasikan ASEAN menjadi sesuatu organisasi yang mampu menghadapi dinamika geopolitik dan perekonomian baru," katanya, di Jakarta, Sabtu, 2 Desember 2023.
Menurut Dewi, Indonesia telah memperkenalkan dirinya sebagai ketua yang sangat baik, tapi tidak terlalu jelas peran kepemimpinan yang ditawarkan.
Salah satunya adalah harapan yang tidak realistis bahwa Indonesia dapat menyelesaikan masalah Tiongkok di Laut China Selatan.
"Juga Indonesia diharapkan dapat menyelesaikan masalah Myanmar. Tentu saja hal itu tidak realistis, karena ini adalah masalah kekejaman di Myanmar yang sangat sulit diselesaikan dan tidak banyak yang bisa dilakukan jika masyarakatnya sendiri tidak bersedia," jelas dia.
Namun, kata Dewi, ada satu harapan yang menurutnya, ia dan banyak pihak lain pegang agar bisa berganti ketua, yaitu penunjukan berputar utusan khusus ASEAN untuk Myanmar.
"Karena jika ingin memiliki utusan, maka seseorang harus memiliki durasi amanah yang lebih lama sehingga dia dapat benar-benar mendapat informasi yang baik tentang situasi di lapangan, dapat benar-benar mengetahui apa yang terjadi di lapangan," ucapnya.
Selain itu, dengan cara tersebut utusan khusus itu dapat belajar, dan dipercaya oleh semua pemangku kepentingan yang berbeda di Myanmar.
"Jadi menurut saya ini adalah sesuatu yang saya harapkan akan berubah dan Indonesia akan mengubahkan, namun ternyata tidak terjadi," pungkas Dewi.
Baca juga: Myanmar Jadi 'Pengacau,' Piagam ASEAN Perlu Ditinjau Ulang?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News