Phnom Penh: Pemerintah Indonesia dan Kamboja memiliki banyak kesamaan sebagai sesama anggota ASEAN, termasuk keprihatinan atas konflik di Myanmar dan tanah Palestina yang berkepanjangan.
Hal ini dibahas Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menlu Kamboja Sok Chenda Sophea dalam Pertemuan Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) di Phnom Penh, Kamboja pada Rabu, 21 Agustus 2024.
“Saya tekankan pentingnya scaling-up bantuan kemanusiaan dan terus mendorong implementasi Konsensus Lima Poin serta mengembalikan perdamaian dan demokrasi di Myanmar,” ucap Menlu Retno.
Terkait Palestina, kedua menteri berdiskusi mengenai Jalur Gaza dan Tepi Barat, dan mereka sepakat untuk melihat bahwa situasinya memang semakin memburuk.
“Saya sampaikan kembali konsistensi posisi Indonesia yang meminta agar gencatan senjata permanen dapat segera tercapai, bantuan kemanusiaan tanpa hambatan dapat dilakukan, dan terwujudnya two-state solution,” tutur Menlu Retno.
Dalam kunjungan kerja ke Kamboja ini, Menlu Retno juga melakukan Kunjungan Kehormatan kepada Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet.
Selain menyampaikan salam hormat dari Presiden Joko Widodo kepada PM Hun Manet, ia juga mengatakan bahwa peringatan 65 tahun hubungan diplomatik kedua negara tahun ini merupakan momentum yang baik untuk semakin memperkuat kemitraan kedua negara.
“Kepada PM Kamboja, saya juga menjelaskan hasil-hasil pertemuan JCBC secara garis besar, terutama mengenai masalah penguatan kerja sama di bidang pertahanan, pemberantasan kejahatan lintas batas, kerja sama perdagangan dan investasi, serta kerja sama ketahanan pangan,” ungkap Menlu Retno.
“Terakhir, saya menekankan kembali komitmen Indonesia untuk memperkuat kemitraan kedua negara,” pungkasnya.
Dari Phnom Penh, Menlu Retno akan terbang menuju Beijing, Tiongkok, untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Wang Yi.
Baca juga: Pemimpin Junta Sebut Ada Negara yang Ingin Konflik Myanmar Terus Berlanjut
Cek Berita dan Artikel yang lain di