“Jesus ‘Jess’ Malabanan, yang bekerja dengan Manila Standard dan berita lainnya, ditembak mati Rabu malam oleh orang-orang bersenjata tak dikenal saat menonton televisi di rumahnya di Calbayog di Provinsi Samar,” kata polisi, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat, 10 Desember 2021.
“Motif serangan itu tidak jelas dan dua pria bersenjata melarikan diri dari tempat kejadian,” ungkap pihak kepolisian.
Juru Bicara Presiden Rodrigo Duterte, Karlo Nograles, mengatakan kematian Malabanan adalah "pembunuhan tragis" dan mendesak para saksi untuk datang.
Gugus Tugas Presiden untuk Keamanan Media sedang menyelidiki insiden itu, kata Nograles, dan "menjelajahi semua sudut, termasuk kemungkinan bahwa pembunuhan itu terkait dengan pekerjaannya sebagai jurnalis".
Malabanan terakhir bekerja dengan Reuters pada pelaporan agensi tentang perang Duterte melawan narkoba, yang memenangkan Hadiah Pulitzer untuk pelaporan internasional pada 2018.
"Kami sangat sedih mengetahui kematian Yesus Malabanan," kata juru bicara Reuters, menggambarkan dia sebagai "wartawan berbakat dan ulet".
Baca: Ancaman bagi Jurnalis Disebut Tak Lagi Sekadar Kebebasan Pers
Manila Standard tidak segera berkomentar tentang pembunuhan Malabanan.
Filipina adalah salah satu tempat paling mematikan di dunia bagi jurnalis, dengan sedikitnya 187 orang tewas dalam 35 tahun terakhir. Sementara itu, satuan tugas kepresidenan, menyebut pembunuhan Malabanan sebagai "pengecut".
Asosiasi Koresponden Asing Filipina mengatakan pembunuhannya, "menggarisbawahi ancaman dan bahaya yang terus dihadapi jurnalis Filipina".
Kelompok hak asasi manusia mengatakan kekerasan dan intimidasi media telah memburuk di bawah Duterte, yang berkuasa pada 2016.
Menurut Persatuan Jurnalis Nasional Filipina, 21 pekerja media telah terbunuh di negara itu sejak Duterte menjabat.
Kantor kepresidenan mengatakan tidak memaafkan ancaman terhadap media.
Pembunuhan Malabanan dikecam asosiasi media lokal, aktivis, dan politisi, termasuk Manny Pacquiao, pensiunan juara tinju dan calon presiden, yang mendesak polisi untuk menemukan pembunuhnya.
"Pembunuhan berdarah dingin ini adalah bukti tak terbantahkan dari impunitas mencolok yang terus menyebar di negara kita," pungkas Pacquiao dalam sebuah pernyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News