Dirjen IDP Kemenlu RI, Teuku Faizasyah, dalam sesi penutupan BDF ke-13 di Hotel Sofitel Nusa Dua Bali pada Kamis, 10 Desember 2020. (Kemenlu RI)
Dirjen IDP Kemenlu RI, Teuku Faizasyah, dalam sesi penutupan BDF ke-13 di Hotel Sofitel Nusa Dua Bali pada Kamis, 10 Desember 2020. (Kemenlu RI)

Nilai Demokrasi Dapat Pandu Pembuatan Kebijakan di Masa Pandemi

Willy Haryono • 10 Desember 2020 17:05
Nusa Dua: Pandemi virus korona (covid-19) merupakan tantangan serius bagi demokrasi dan tata kelola pemerintahan. Namun demokrasi dinilai dapat tetap bertahan dan merupakan sistem yang tepat dalam memitigasi dampak-dampak pandemi covid-19.
 
Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah saat menutup Bali Democracy Forum (BDF) ke-13 di Hotel Sofitel Nusa Dua Bali pada Kamis petang, 10 Desember 2020.
 
"Semua partisipan BDF sama-sama menunjukkan optimistisme bahwa demokrasi mampu memitigasi dampak pandemi. Lebih lanjut, nilai-nilai dan norma demokrasi sebaiknya dapat dijadikan panduan saat mengajukan opsi-opsi kebijakan," ucap Faizasyah.

Mengambil tema besar "Democracy & COVID-19 Pandemic," BDF 2020 membahas kaitan antar dua hal tersebut. Secara umum, diskusi antar partisipan dalam BDF tahun ini adalah mengenai bagaimana mencari keseimbangan yang tepat antara penegakan nilai-nilai demokrasi dan penanganan pandemi covid-19.
 
Faizasyah mengatakan, nilai-nilai demokrasi harus selalu dipelihara dengan baik agar dapat menghadapi berbagai tantangan ke depan, bahkan setelah pandemi covid-19 ini berakhir. Demokrasi dinilai harus dapat tetap berjaya di era pascapandemi.
 
Baca:  Guterres: Jangan Sampai Pandemi Covid-19 Rusak Nilai Demokrasi
 
Sebelum pertemuan BDF 2020, tiga pilar BDF lainnya telah diselenggarakan dalam rangkaian terpisah yang disebut sebagai "Road to BDF." Kegiatan tiga pilar tersebut juga telah diselenggarakan secara hibrida di Bali pada Oktober-November.
 
Dalam pilar pertama, yakni Bali Civil Society and Media Forum, sorotannya adalah pendekatan dalam menangani pandemi harus didasarkan pada transparansi, menghormati hak asasi manusia, dan mengimplementasikannya sesuai norma-norma demokratis.
 
"Dalam pilar kedua, BDF Student Conference, menekankan bahwa pemuda harus memainkan peran yang lebih aktif dalam pemulihan ekonomi dan melawan misinformasi," tutur Faizasyah.
 
Sementara pilar ketiga adalah pilar seputar ekonomi dan bisnis, yang menyoroti peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam mendukung kesejahteraan global di masa pandemi covid-19.
 
Terdapat beberapa poin utama dalam diskusi BDF 2020, yakni kreatif dan inovatif dalam membangun masyarakat yang tahan banting; tata kelola pemerintahan demokratis terhadap multilateralisme masih tetap esensial dalam menjalankan upaya mitigasi di level global; dan kerja sama konkret harus diperkuat untuk menghadirkan pemulihan jangka pendek dan panjang.
 
"Forum ini terus meyakinkan kita semua mengenai pentingnya memperkuat solidaritas kita sebagai demokrasi," ucap Faizasyah.
 
Lebih dari 1.000 peserta dari 71 negara dan 4 organisasi internasional teah berpartisipasi dalam BDF 2020 secara virtual. Sementara partisipan fisik berjumlah 44, yang berasal dari 26 negara dan 3 organisasi internasional.
 
"Saya menyerukan kepada para kolega, para diplomat dari Jakarta, untuk mengirim pesan ke negara masing-masing, bahwa Bali segera dapat menerima wisatawan asing. Terima kasih dan sampai jumpa lagi," pungkas Faizasyah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan