Pendukung Kaus Merah di Thailand turun ke jalan tuntut PM Prayuth Chan-o-Cha mundur. Foto: AFP
Pendukung Kaus Merah di Thailand turun ke jalan tuntut PM Prayuth Chan-o-Cha mundur. Foto: AFP

Pedemo Siap ‘Usir’ PM Thailand Pada Peringatan Kudeta

Achmad Zulfikar Fazli • 20 September 2021 07:26
Bangkok: Ratusan pengunjuk rasa melewati jalan-jalan Bangkok, Thailand pada Minggu untuk menandai peringatan 15 tahun kudeta militer yang menggulingkan mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra.
 
Miliuner mantan perdana menteri -,sekarang tinggal di pengasingan,- tetap menjadi tokoh terkemuka dalam politik negara itu sejak militer menggulingkan pemerintahannya pada 19 September 2006 melalui kudeta.
 
Membawa sebuat model tank yang dibuat dari kardus, para pedemo menghancurkan tank kardus itu. Ini menjadi perumpamaan menghancurkan pemerintahan Perdana Menteri Prayut Chan-o-Cha, yang menjadi panglima militer pada Kudeta 2014 itu.

“15 tahun telah berlalu, kami masih di sini untuk berjuang," teriak Nattawut Saikuar, seorang politikus yang sudah lama berhubungan dengan Thaksin, kepada lautan pendukung yang mengibarkan bendera "Kick out Prayut".
 
"Tidak peduli berapa banyak kudeta yang terjadi, itu tidak dapat menghentikan kita. Tidak peduli seberapa baik kapasitas tank mereka, tidak dapat menghentikan hati rakyat yang berjuang,” sebut Saikuar, seperti dikutip AFP, Senin 20 September 2021.
 
Thailand telah mengalami lebih dari belasan kudeta sejak berakhirnya monarki absolut pada 1932 oleh militernya. Pihak militer yang senang melakukan kudeta, sering melakukan itu atas nama melindungi keluarga kerajaan yang kuat.
 
Kebangkitan Thaksin ke tampuk kekuasaan didorong oleh apa yang disebut kelompok ‘Kaus Merah’. Mereka adalah sebagian besar pendukung kelas pekerja yang memujanya atas kontribusi populis seperti menerapkan sistem perawatan kesehatan universal.
 
Tapi dia dibenci oleh para elite Bangkok dan militer yang kuat, dan telah menghadapi serangkaian tuduhan korupsi.
 
Pengaruhnya dalam politik yang bergantung pada patronase Thailand meresap ke kerajaan bahkan setelah penggulingannya - saudara perempuannya Yingluck adalah perdana menteri berikutnya,- sebelum dia juga digulingkan dalam kudeta 2014 yang dipimpin oleh panglima tentara saat itu Prayut.
 
Jenderal itu kemudian menjadi perdana menteri dalam pemilihan 2019 yang diatur di bawah konstitusi baru yang ditulis oleh junta.
 
Nattawut mengatakan perdana menteri memiliki banyak waktu untuk memperbaiki Thailand, "tetapi negara itu dalam resesi. Ekonomi, masyarakat, dan politik sedang runtuh".
 
Para pengunjuk rasa berpakaian merah di mobil dan sepeda motor bergerak ke Monumen Demokrasi untuk demonstrasi cepat di tengah hujan lebat sebelum bubar pada malam hari.
 
Kelompok kecil lainnya sempat bentrok dengan pihak berwenang di persimpangan Monumen Kemenangan di dekatnya, melemparkan proyektil ke polisi anti huru hara yang mengerahkan gas air mata ke arah mereka sebelum menyebar sekitar pukul 9.00 malam.
 
Para pengunjuk rasa adalah bagian dari gerakan anti-pemerintah yang berulang kali menyerukan pengunduran diri Prayut sejak Juli 2020.
 
Pengawasan pemerintah meningkat setelah gelombang baru covid-19 pada April membuat beban kasus kumulatif Thailand meningkat dari kurang dari 29.000 menjadi lebih dari 1,4 juta infeksi hanya dalam lima bulan, serta meningkatnya jumlah kematian.
 
Awal bulan ini, perdana menteri selamat dari mosi tidak percaya -- yang ketiga sejak 2019.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan