Puluhan delegasi negara sahabat akan hadir secara fisik di lokasi acara di Hotel Sofitel Nusa Dua, Bali. Sebagian besar dari mereka adalah duta besar yang berbasis di Jakarta. Sementara peserta lain yang tidak berada di Indonesia akan mengikuti rangkaian acara BDF 2020 secara virtual.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dijadwalkan membuka acara, yang kemudian dilanjutkan dengan pernyataan dari tujuh tokoh VIP. Dua tokoh yang menjadi sorotan adalah Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah telah memberikan gambaran mengenai penyelenggaraan BDF 2020, terutama dalam kaitannya dengan tema demokrasi dan covid-19.
"Tema besarnya adalah Bali Democracy Forum dikaitkan dengan covid-19. Yang akan didengarkan nanti adalah bagaimana negara-negara, utamanya di kawasan Asia Pasifik, mencari keseimbangan antara pelaksanaan demokrasi dan menyelesaikan tantangan-tantangan covid-19," ucap Faizasyah.
"Yang diutamakan adalah bagaimana masing-masing negara merespons dan juga membangun ketahanan atau resilient (terhadap covid-19)," sambungnya.
Baca: Demokrasi Tetap Relevan di Tengah Pandemi Covid-19
Karena berlangsung secara hibrida, batas maksimal delegasi yang dapat hadir secara fisik di lokasi penyelenggaraan BDF 2020 berjumlah 50 orang. Protokol kesehatan ketat diterapkan dalam rangkaian BDF 2020.
Sebelum berlangsungnya acara, seluruh jajaran panitia, delegasi dan juga awak media diwajibkan menjalani tes covid-19. Pemeriksaan temperatur tubuh, kewajiban memakai masker, dan menjaga jarak fisik juga diterapkan secara ketat di lokasi acara.
"Karena kita kini mulai terbiasa menjalankan protokol kesehatan, mekanisme (pertemuan secara) fisik pun bisa dilakukan selama kita tetap patuh. Ini pelajaran bagaimana kita mensiasati pandemi," ungkap Faizasyah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News