Pemberontak Karen dan tentara Myanmar bentrok di dekat perbatasan Thailand dalam beberapa pekan. Mereka mengambil kesempatan sejak para jenderal Myanmar menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi.
“Warga mengatakan petugas Myanmar akan datang dan menembak kami, jadi kami melarikan diri ke sini," kata Chu Wah, seorang warga desa Karen yang menyeberang ke Thailand bersama keluarganya minggu ini dari kamp pengungsian Ee Thu Hta di Myanmar.
"Saya harus melarikan diri ke seberang sungai," kata Chu Wah, mengacu pada sungai Salween yang menjadi perbatasan di daerah itu, seperti dikutip AFP, Jumat 30 April 2021.
The Karen Peace Support Network mengatakan ribuan penduduk desa berlindung di sisi Myanmar dari Salween dan mereka akan melarikan diri ke Thailand jika pertempuran meningkat.
"Dalam beberapa hari mendatang, lebih dari 8.000 orang Karen di sepanjang sungai Salween harus mengungsi ke Thailand. Kami berharap tentara Thailand akan membantu mereka melarikan diri dari perang," kata kelompok itu dalam sebuah posting di Facebook.
Pejuang Karen pada Selasa menyerbu unit tentara Myanmar di tepi barat Salween dalam serangan menjelang Subuh. Pemberontak Karen mengatakan 13 tentara dan tiga pejuang mereka tewas. Militer Myanmar menanggapi dengan serangan udara di beberapa daerah dekat perbatasan Thailand.
Pihak berwenang Thailand mengatakan, hampir 200 penduduk desa telah menyeberang ke Thailand minggu ini. Thailand telah memperkuat pasukannya dan membatasi akses ke perbatasan.
Ratusan penduduk desa Thailand juga telah mengungsi, pindah dari rumah mereka di dekat perbatasan, ke wilayah Thailand yang lebih dalam demi keamanan.
"Situasi telah meningkat sehingga kami tidak bisa kembali," kata Warong Tisakul, 33, seorang warga desa Thailand dari Mae Sam Laep, sebuah pemukiman, di seberang pos tentara Myanmar yang diserang minggu ini.
"Petugas keamanan tidak mengizinkan kami, kami tidak bisa kembali,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News