Prayuth kembali mencalonkan diri dalam pemilu kali ini, dan ia menghadapi anak perempuan dari politisi yang pernah menjadi musuh utama militer Thailand.
Mengutip dari laman lbc.co.uk, semua tempat pemungutan suara di Thailand ditutup pada pukul 17.00 waktu setempat, dan hasil di beberapa daerah diyakini sudah dapat diketahui pada malam hari.
Pemilu Thailand menggunakan kertas suara, yang dihitung secara manual di hadapan publik di tiap-tiap TPS.
Partai oposisi Pheu Thai Party, dipimpin Paetongtarn Shinawatra, diprediksi secara luas akan meraih banyak kursi dari total 500 kursi di majelis rendah dewan perwakilan rakyat Thailand.
Setelah menggunakan hak suaranya, Paetongtarn mengatakan bahwa setiap suara rakyat merupakan hal penting untuk menciptakan perubahan di Thailand, dan ia mengaku optimistis atas hasil akhir pemilu.
Namun siapa yang nanti akan memimpin pemerintahan di Thailand tidak akan ditentukan dari pemilu hari ini. Seorang perdana menteri akan dipilih pada Juli lalu dalam sebuah sesi gabungan DPR dan 250 kursi senat. Pemenang harus meraih setidaknya 376 suara, dan kemungkinan besar tidak akan ada satu partai pun yang bisa melakukannya sendirian.
Pheu Thai meraih kursi terbanyak dalam pemilu terakhir pada 2019. Tetapi musuh bebuyutannya, Partai Palang Pracharath yang didukung militer, berhasil menyatukan koalisi dengan Prayuth sebagai perdana menteri.
Kala itu, Palang Pracharat bergantung pada dukungan bulat dari senat, yang sebagian anggotanya berbagi pandangan konservatif militer dan ditunjuk oleh pemerintah militer setelah kudeta oleh Prayuth.
Baca juga: Agungkan Dirinya, Prayuth: Thailand Butuh Pemimpin Berpengalaman
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News