Dubes Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun mengacungkan simbol tiga jari saat berbicara di gedung PBB pada jumat, 26 Februari 2021. (United Nations TV)
Dubes Myanmar untuk PBB Kyaw Moe Tun mengacungkan simbol tiga jari saat berbicara di gedung PBB pada jumat, 26 Februari 2021. (United Nations TV)

Militer Myanmar Pecat Dubes yang Meminta Tolong di PBB

Willy Haryono • 28 Februari 2021 07:41
Naypyidaw: Militer Myanmar menegaskan telah memecat Duta Besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, satu hari usai sang dubes meminta komunitas global untuk bersama-sama menghentikan kudeta di negaranya. Dalam sebuah pidato emosional, Dubes Kyaw Moe Tun meminta agar semua negara tidak bekerja sama dengan junta militer Myanmar hingga kekuasaan kembali ke pemerintahan demokratis.
 
Baca:  Dubes Myanmar Minta Komunitas Global Hentikan Kudeta di Negaranya
 
Saluran televisi Myanmar mengumumkan pemecatan Kyaw pada Sabtu, 27 Februari 2021.

"Ia telah mengkhianati negara dan berbicara untuk organisais tak resmi yang tidak merepresentasikan negara," ujar laporan di televisi nasional Myanmar, dilansir dari laman BBC.
 
"Tidak hanya itu, ia juga telah menyalahgunakan wewenang dan tanggung jawab dari seorang duta besar," sambungnya.
 
Dalam pernyataan di PBB, Dubes Kyaw meminta komunitas global untuk melakukan "aksi sekeras mungkin" untuk mengakhiri kudeta militer di negaranya. Suara Dubes Kyaw Moe Tun dipenuhi emosi saat dirinya berbicara mengenai rezim militer di Myanmar, yang telah menggulingkan pemerintahan sah pada 1 Februari lalu.
 
Permohonan Dubes Kyaw merupakan sesuatu yang sangat langka karena bertentangan dengan pemerintahan yang sedang berkuasa di negaranya saat ini.
 
Tidak hanya menyampaikan permohonan minta tolong, Dubes Kyaw juga sempat mengacungkan simbol tiga jari yang selama ini digunakan demonstran anti-kudeta di Myanmar.
 
Saat Dubes Kyaw berbicara di PBB, aksi unjuk rasa menentang kudeta berlangsung di beberapa kota di Myanmar. Dalam aksi protes di kota Monwya, seorang perempuan dilaporkan terkena tembakan. Kondisinya belum diketahui pasti, namun beberapa media lokal melaporkan korban telah meninggal.
 
Myanmar dilanda serangkaian aksi protes masif sejak terjadinya kudeta militer pada awal bulan, yang diawali dengan penahanan sejumlah tokoh penting termasuk pemimpin de facto Aung San Suu Kyi. Aksi protes kerap berujung bentrok antara demonstran dan petugas, yang tak jarang menelan korban jiwa. 
 
Jika perempuan yang ditembak di kota Manwya meninggal, maka jumlah korban dalam aksi protes di Myanmar mencapai tujuh orang.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan