Semangat utama COVAX adalah memastikan semua negara mendapat akses vaksin secara adil dan merata.
Namun keberadaan COVAX dinilai belum sempurna dan perlu lebih ditingkatkan. Pasalnya hingga saat ini, ketimpangan akses vaksin Covid-19 masih terjadi di level global.
Sejumlah negara kaya telah membeli banyak vaksin Covid-19 bahkan melebihi jumlah populasinya. Sementara masih banyak negara lain yang belum menerima satu dosis pun.
"COVAX menjadi salah satu simbol solidaritas global, dan diplomasi vaksin penting untuk menutup kesenjangan yang ada. Ini dapat menjadi ide dan gagasan terstruktur untuk bisa menutup kesenjangan tersebut," ucap Penasihat Kawasan UNICEF untuk Asia Timur dan Pasifik, Kunihiko Hirabayashi dalam acara Tackling the Covid-19 Pandemic: Health, Economic, Diplomacy and Social Perspectives, Rabu, 24 Februari 2021.
Baca: Perang Vaksin di Tengah Pandemi
Sementara itu, Perwakilan WHO Suryantoro Ludi Prapanca meminta agar kemitraan dalam COVAX digenjot lagi. Menurutnya, cara untuk meningkatkan COVAX adalah dengan menggenjot produksi vaksin dan mengupayakan alokasi lebih baik untuk vaksin.
Ia menuturkan pada 2005, WHO memiliki program penguatan vaksin. "Sayangnya waktu itu tidak dianggap sebagai investasi global dan oleh karenanya program itu dihentikan," tuturnya.
Ludy mengatakan, Biofarma menjadi salah satu produsen vaksin yang memimpin, bersama dengan Vietnam. Ia menyarankan untuk kembali menilik fokus yang paling penting sebagai strategi mengatasi pandemi.
"Pandemi belum berakhir sampai saat ini, bagaimana kita bisa memulihkan pasar? Kita harus membuat strategi global, dan ini sangat penting," tegasnya.
Peningkatan kerja sama dalam COVAX dibenarkan Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri RI, Cecep Herawan. Cecep mengatakan jangka efektivitas vaksin juga masih belum diketahui.
"Harus dicari solusinya, apakah harus ada program vaksinasi untuk tahun berikutnya, atau apa, dan bagaimana pendanaannya? Ini sangat penting. Saya setuju kita harus meningkatkan upaya kolaborasi, bukan hanya di dalam pemerintahan, tapi bagaimana kolaborasi di banyak kepentingan untuk memitigasi tantangan baru yang kita miliki saat ini," ucapnya.
Cecep menegaskan, jika negara 'memiliki' vaksin belum berarti pandemi ini telah selesai. "Karena masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan, bukan hanya di pemerintah, tapi juga untuk kepentingan lainnya," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News