Iqbal menuturkan, sejarah kepemimpinan Indonesia di kancah internasional dimulai pada 1955, saat RI menginisiasi Konferensi Asia Afrika (KAA).
KAA, kata Iqbal, mendorong kemerdekaan banyak negara di kedua kawasan tersebut. Kemudian, Indonesia turut berperan membantu pencapaian perdamaian di Kamboja dan Filipina pada tahun 80-an dan 90-an.
"Pascareformasi, kita kok kangen jadi pemimpin lagi. Sejak reformasi sampai sekarang, 10 tahun terakhir ini, barulah kita merasakan Indonesia back to the map—Indonesia kembali jadi pemimpin," kata Iqbal di Jakarta pada Selasa, 24 Oktober 2023.
Kepemimpinan Indonesia secara global ditunjukkan melalui perannya sebagai Presiden G20 2022, kemudian Ketua ASEAN 2023, serta sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB 2019-2020 dan anggota Dewan HAM PBB periode 2020-2022 dan 2024-2026.
Menurut Iqbal, Indonesia berhasil menjalankan tugasnya sebagai pemimpin G20 di tengah situasi dunia yang bergejolak karena perang Rusia-Ukraina.
“Pada saat pecah perang Rusia dan Ukraina, semua pemimpin dunia merasa pesimistis dan skeptis bahwa Indonesia bisa memimpin G20. Tetapi ternyata kita sangat berhasil menyelenggarakan KTT G20 di Bali tahun lalu—dari 20 negara (anggota G20), 17 pemimpin hadir langsung di Bali bahkan mengeluarkan pernyataan bersama,” kata dia.
Baca juga: Ali Sastroamidjojo Tokoh Pencetus Konferensi Asia Afrika, Ini Peran dan Biografinya
Keketuaan ASEAN
Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini juga diwarnai konflik politik di Myanmar serta dinamika geopolitik. Namun, Indonesia mencatat bergabungnya empat negara baru menjadi mitra ASEAN melalui penandatanganan Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) untuk organisasi tersebut.Kemudian di Dewan HAM, Indonesia berhasil mengantongi 186 suara untuk menjadi anggota Dewan HAM periode 2024-2026, mengalahkan negara Asia Pasifik lainnya yaitu Jepang dan Tiongkok yang sama-sama menjadi kandidat.
“Ini tentu tidak mudah dicapai, hampir 10 tahun kita berinvestasi agar semua percaya kepada Indonesia,” kata Iqbal.
Dalam perpolitikan global, ia menjelaskan, Indonesia selalu berupaya menjadi penengah dan menjembatani kepentingan berbagai pihak.
“Indonesia itu honest broker, karena kalau kita memediasi sesuatu, pasti jadi bridge builder. Kita tidak pernah jadi masalah di dunia, justru jadi solusi,” tutur Iqbal.
Karenanya, kepemimpinan Indonesia dianggap sebagai sesuatu yang dinanti-nanti oleh negara lain.
“Kepemimpinan itu bukan self claim tapi pengakuan dari orang lain. Fakta keketuaan kita dari G20, PBB, ASEAN, menjadi pengakuan kita sebagai pemimpin di kawasan dan global,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News