Pertemuan menteri luar negeri ASEAN (AMM) akan berlangsung di Phnom Penh, Kamboja pada Rabu 3 Agustus 2022. Foto: AFP
Pertemuan menteri luar negeri ASEAN (AMM) akan berlangsung di Phnom Penh, Kamboja pada Rabu 3 Agustus 2022. Foto: AFP

Menlu ASEAN Siap Dorong Aksi Tegas Terhadap Myanmar

Fajar Nugraha • 01 Agustus 2022 16:35
Phnom Penh: Malaysia dikabarkan akan memimpin desakan agar Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) mengambil tindakan lebih keras terhadap Myanmar. Para menteri luar negeri ASEAN akan melakukan pertemuan minggu,  ketika kemarahan memuncak pada junta untuk menghalangi upaya resolusi krisis.
 
ASEAN yang terdiri dari 10 negara anggota, pekan lalu mengutuk eksekusi empat tahanan oleh junta. ASEAN sejauh ini mempelopori upaya diplomatik yang sia-sia untuk memulihkan perdamaian.
 
Myanmar berada dalam kekacauan sejak kudeta pada Februari tahun lalu dan jumlah korban tewas dari tindakan brutal militer terhadap perbedaan pendapat telah melewati 2.100.

Pertemuan para menteri di Phnom Penh, Kamboja pada Rabu 3 Agustus diperkirakan akan menyesali kurangnya kemajuan dalam rencana "konsensus lima poin" ASEAN, yang disepakati pada April tahun lalu. Konsensus itu menyerukan diakhirinya segera kekerasan dan dialog antara junta dan lawan kudeta.
 
Baca: Jokowi Mengecam Eksekusi Junta Myanmar.

 
“Selain menyuarakan ‘keprihatinan mendalam’ tentang perkembangan terakhir dan menyerukan untuk menahan diri, para menteri juga akan menuntut tindakan nyata untuk secara efektif dan sepenuhnya menerapkan Konsensus Lima Poin,” menurut rancangan komunike yang diperoleh AFP, Senin 1 Agustus 2022.
 
Setelah lebih dari satu tahun tidak ada kemajuan dalam rencana tersebut, Malaysia akan menghadirkan kerangka kerja untuk implementasinya, bahkan ketika para kritikus mencemooh ASEAN sebagai toko omong kosong.
 
"Elemen kunci dari kerangka kerja adalah harus ada permainan akhir. Anda harus memiliki permainan akhir. Apa permainan akhir dari konsensus lima poin?,” ujar Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah mengatakan kepada AFP.
 
Di dalam blok tersebut, rasa frustrasi meningkat setelah junta Myanmar melanjutkan eksekusi pertamanya dalam beberapa dekade meskipun ada permintaan pribadi dari Perdana Menteri Kamboja Hun Sen.
 
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan