Warga Rohingya banyak yang mengungsi ke Bangladesh guna menghindari diskriminasi di Myanmar. Foto: AFP
Warga Rohingya banyak yang mengungsi ke Bangladesh guna menghindari diskriminasi di Myanmar. Foto: AFP

Myanmar Akan Perluas Vaksinasi Covid-19 kepada Etnis Rohingya

Fajar Nugraha • 27 Agustus 2021 18:08
Yangon: Myanmar akan memvaksinasi minoritas Muslim Rohingya dengan vaksin covid-19. Menurut pihak militer, tidak ada yang akan tertinggal dalam kampanye inokulasinya.
 
Juru Bicara Militer Myanmar Zaw Min Tun mengatakan, pihak berwenang membuat kemajuan dalam mengurangi infeksi covid-19 dan meningkatkan vaksinasi dan bertujuan untuk menginokulasi setengah dari populasi negara itu pada akhir tahun ini.
 
Baca: Warga Rohingya Tidak Disertakan dalam Program Vaksinasi Covid-19 Myanmar.

Myanmar melaporkan 2.635 infeksi virus korona baru dan 113 kematian tambahan pada Kamis, meskipun jumlah kasus harian dan kematian yang dilaporkan telah turun dari puncaknya pada Juli.
 
“Vaksinasi akan mencakup orang-orang Rohingya di distrik Maungdaw dan Buthidaung yang berbatasan dengan Bangladesh,” kata Zaw, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat 27 Agustus 2021.
 
Dia menyebut mereka sebagai "Bengali", istilah yang digunakan selama beberapa dekade di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha untuk menggambarkan Rohingya. Mereka menjadi sebuah kelompok yang dianggap banyak orang sebagai imigran yang tidak diinginkan dari negara tetangga Bangladesh.
 
"Mereka juga orang-orang kami. Kami tidak akan meninggalkan siapa pun,” kata Zaw Min Tun pada konferensi pers reguler.
 
Tidak segera jelas apakah kampanye vaksinasi akan meluas ke Muslim Rohingya yang tinggal di kamp-kamp padat di negara bagian Rakhine dan apa kriteria kualifikasinya.
 
Masalah ini sangat sensitif di Myanmar, di mana permusuhan terhadap Rohingya sangat dalam. Kelompok hak asasi internasional mengatakan, ratusan ribu warga Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan harus berhak atas kewarganegaraan daripada didiskriminasi dan dicap sebagai imigran ilegal.
 
Seorang administrator yang ditunjuk junta awal bulan ini mengatakan tidak ada rencana untuk memasukkan Rohingya di kamp-kamp dekat ibukota negara bagian Sittwe.
 
Setidaknya 700.000 Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh pada 2017 selama operasi oleh tentara di bawah komando Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang sekarang menjadi perdana menteri dan kepala junta Myanmar.
 
Penyelidik PBB mengatakan operasi itu dilakukan dengan "niat genosida" tetapi tentara membantahnya dan mengatakan mereka ditujukan untuk melawan "teroris" Rohingya. Warga Rohingya tetap mengeluhkan diskriminasi dan perlakuan buruk di negara yang tidak mengakui mereka sebagai warga negara.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan