Dubes Lyudmila menjelaskan bahwa Sputnik V adalah vaksin yang tidak mengandung adenovirus hidup, melainkan hanya vektor dari adenovirus yang tidak dapat berkembang biak di dalam tubuh, "sehingga menjadikannya sangat aman."
Adenovirus adalah grup virus yang dapat menyebabkan infeksi pada mata, usus, paru, dan saluran pernapasan.
"Ada banyak spekulasi bagaimana Rusia bisa mengembangkan vaksin ini. Jawabannya adalah pada penggunaan teknologi. Teknologi yang dipakai sudah dikembangkan lama, sejak bertahun-tahun lalu," sebut Dubes Lyudmila dalam konferensi virtual dari Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Rabu 26 Agustus 2020.
Ia menambahkan Sputnik V berbeda dari vaksin-vaksin sejenis, karena dikembangkan Gamaleya Institute dengan menggunakan dua vektor adenovirus, yakni Ad5 dan Ad26. Sementara perusahaan-perusahaan lain disebut Dubes Lyudmila hanya menggunakan pendekatan satu vektor.
Gamaleya Institute disebut Dubes Lyudmila merupakan perusahaan pertama yang melakukan terobosan dalam menggabungkan vektor Ad5 dan Ad26. "Penggabungan keduanya dalam memicu respons kuat imunitas untuk jangka panjang," ungkapnya.
Sputnik V disebut Dubes Lyudmila telah melewati dua fase uji klinis. Fase pertama atau pre-trial melibatkan hewan, yakni hamster dan makaka. Setelah memperlihatkan hasil menjanjikan, uji klinis dilanjutkan ke fase kedua pada Juni lalu.
Transisi dari fase pertama ke fase kedua melibatkan 76 relawan sehat, dengan rentang usia antara 18 dan 60 tahun. Setelah terbukti memicu imunitas jangka panjang, Rusia berencana melanjutkan uji klinis ini ke fase ketiga mulai pekan mendatang.
"Kami berharap uji klinis fase ketiga dapat dimulai di beberapa negara mulai pekan depan. Jumlah peserta berkisar 44 ribu. Negara-negara yang akan ikut adalah Rusia, Filipina, Mesir, Brasil, India dan lainnya," sebut Dubes Lyudmila.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id